Santri, Pemuda, dan Perdamaian
ALIANSI INDONESIA DAMAI – Bulan ini Indonesia memeringati dua peristiwa sejarah yang penting, yaitu Hari Santri yang jatuh pada 22 Oktober, dan Hari Sumpah Pemuda pada 28 Oktober. Santri dan pemuda adalah pelaku utama keberlangsungan Indonesia sejak sebelum kemerdekaan, hari ini, dan di masa depan, baik di dunia nyata maupun daring. Di era teknologi serba maju saat ini, tantangan nyata bagi kaum santri dan generasi muda adalah bagaimana menghadirkan kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.
Tantangan tersebut tak berlebihan mengingat rasa keindonesiaan kita sebagai sebuah bangsa tengah diuji. Ancaman perpecahan senantiasa muncul baik di dunia nyata maupun maya. Mimbar-mimbar keagamaan sering dijadikan ajang menebar ujaran kebencian. Media sosial daring seakan sudah lazim menjadi medan adu hujat antarkelompok. Tak jarang berita bohong (hoax) serta fitnah digunakan demi kepentingan politik. Bahkan, sebagian orang secara terang-terangan menghendaki penggantian sistem negara menjadi berbasis agama.
Santri yang biasanya juga tergolong pemuda sebagai elemen penting bangsa tak luput dari tantangan tersebut. Tak jarang santri muda atau pemuda santri terjerat pragmatisme politik, gerakan keagamaan yang bertentangan dengan dasar negara, dan tak terkecuali pemahaman radikal yang mengarah pada kekerasan, seperti terorisme.
Diperlukan langkah nyata untuk merevitalisasi semangat kaum santri dan generasi muda dalam menumbuhkan perdamaian dan merawat keindonesiaan.
Belajar dari pengalaman, Aliansi Indonesia Damai (AIDA) menemukan fakta yang cukup menggembirakan bahwa kelompok-kelompok yang awalnya saling bertentangan, yaitu penyintas dan mantan pelaku terorisme, pada akhirnya bisa berekonsiliasi. Mantan pelaku telah menyadari kesalahannya di masa lalu, dan berkomitmen untuk mencegah anak-anak bangsa terjerumus pada pemahaman keagamaan yang mengajarkan kekerasan. Mereka juga telah meminta maaf kepada para penyintas aksi teror. Dengan hati yang lapang para penyintas pun memaafkan mantan pelaku terorisme, kemudian secara bersama kedua pihak mengampanyekan perdamaian kepada masyarakat.
Islah di antara korban dan mantan pelaku terorisme bisa dijadikan sebagai inspirasi kaum santri dan pemuda untuk mewujudkan rekonsiliasi sesama anak bangsa untuk merawat Indonesia.
Sebagaimana tema peringatan Hari Santri Nasional (HSN) tahun ini, yakni ‘Bersama Santri Damailah Negeri’, maka generasi muda muslim harus tampil terdepan dalam menghadirkan kedamaian di Indonesia. Seperti halnya para santri yang berjuang mengusir penjajah sekaligus mempertahankan kemerdekaan pada 1945, seperti halnya para pemuda yang berikrar bertumpah darah yang satu dan berbangsa yang satu pada 1928, santri dan pemuda Indonesia sudah selayaknya menjadi pelopor bangsa dalam menciptakan, melestarikan, serta membangun perdamaian.