Direktur Aliansi Indonesia Damai (AIDA), Hasibullah Satrawi, dalam acara Dialog Interaktif bertema “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” di SMAN 1 Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung, Kamis (8/11/2018)
Home Berita Memupuk Ketangguhan Generasi Bangsa
Berita - 16/11/2018

Memupuk Ketangguhan Generasi Bangsa

ALIANSI INDONESIA DAMAI – Generasi muda bangsa wajib memupuk ketangguhan diri. Terlebih lagi dihadapkan pada tantangan era milenial yang begitu kompleks, seperti banjir informasi yang belum terverifikasi kebenarannya, fanatisme berlebihan, hingga pesatnya perkembangan teknologi, generasi muda bisa terbawa arus keburukan bila tidak memiliki ketangguhan diri.

Direktur Aliansi Indonesia Damai (AIDA), Hasibullah Satrawi, dalam acara Dialog Interaktif bertema “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” di SMAN 1 Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung, Kamis (8/11/2018)
Direktur Aliansi Indonesia Damai (AIDA), Hasibullah Satrawi, dalam acara Dialog Interaktif bertema “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” di SMAN 1 Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung, Kamis (8/11/2018)

 

Pesan itulah yang disampaikan Direktur Aliansi Indonesia Damai (AIDA), Hasibullah Satrawi, dalam acara Dialog Interaktif bertema “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” di SMAN 1 Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung, Kamis (8/11/2018). Kegiatan serupa rutin dilaksanakan AIDA ke berbagai pelosok Tanah Air sebagai upaya untuk memperkuat semangat ketangguhan generasi muda bangsa. “Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat semangat ketangguhan, menjadi generasi tangguh,” jelasnya.

Alumnus Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir itu menjelaskan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, keadaan dunia tengah mengalami kemajuan yang sangat pesat, namun sekaligus mengkhawatirkan. Di satu sisi, perkembangan teknologi bisa mempermudah manusia dalam berbagai bidang kehidupan. Namun di sisi lain, berbagai kemajuan modern secara tidak sadar bisa membuat setiap orang terjebak dalam hal-hal negatif.

“Perkembangan mutakhir ini bisa disebut baik-baik tapi menakutkan. Disebut kabar baik, karena perkembangan sekarang ini memanjakan umat manusia. Komunikasi dan transportasi tidak lagi susah seperti zaman dulu. Buruknya, karena dari berbagai macam perkembangan ini, kita secara tidak sadar sangat berpotensi terbawa ke dalam hal keburukan,” tuturnya.

Hasibullah mencontohkan, melalui informasi yang bisa diakses dengan mudah, kita bisa mengetahui apa yang terjadi di berbagai belahan dunia. Meskipun demikian, butuh ketangguhan untuk memverifikasi informasi yang ada agar tidak terjebak pada penyebaran informasi palsu atau pragmatisme politik. “Misalkan yang terjadi di belahan Barat hari ini kita bisa tahu di sini, peperangan di Timur Tengah kita bisa tahu di sini. Kalau dikatakan peperangan di sana demi A, demi B, dan demi C, kalau kita tidak verifikasi bisa jadi kita langsung meyakininya, dan ini berbahaya,” katanya.

Pria asal Pulau Garam itu menambahkan, dampak cukup nyata dari pribadi yang tidak tangguh bisa berupa sikap yang mudah menelan informasi dengan apa adanya, tanpa memverifikasi terlebih dahulu kebenarannya. Akibatnya, muncul fanatisme dan dukung mendukung kelompok secara berlebihan. “Bahkan kita bisa langsung dukung-mendukung tanpa mengetahui kebenaran sesungguhnya. Nah, ini yang saya sebut sebagai kabar buruknya. Ibarat pohon kita ini terlepas dari akar-akar yang menjaga kita semua,” tandasnya.

Maka dari itu, menurut Hasibullah, kegiatan penguatan ketangguhan bagi para pelajar sangat penting dilakukan agar generasi muda bangsa di masa depan bisa diharapkan menjadi generasi tangguh yang tidak mudah terjebak oleh segala kemajuan modern dan tidak meninggalkan begitu saja identitasnya. “Oleh karena itu, kegiatan ini penting untuk sama-sama memperkuat ketangguhan,” pungkasnya. [AH]