Mengubah Duka Menjadi Berkah
Aliansi Indonesia Damai- Awal tahun 1997, seorang pria asal Medan Sumatera Utara mencoba mengadu nasib ke Jakarta. Niatnya mengubah kehidupannya menjadi lebih baik. Pria itu bernama Samsudin Sipayung. Mengawali perjalanan pekerjaannya sebagai sopir angkutan kota.
Pada tahun 2000, dia menikah dan tinggal di kawasan Pasar Rungkut, Manggarai. Kegiatannya sehari-hari adalah mengemudikan Bus Kopaja 66 jurusan Manggarai-Blok M. Samsudin merasa cukup bahagia dengan kehidupannya saat itu, meskipun sampai tahun 2004 belum juga diberi momongan. Sampailah pada suatu pagi yang akan terus terkenang olehnya.
Pagi itu ia tengah mengemudikan bus seperti biasa. Sesampainya di Halte kampus STIE Perbanas, ada suara penumpang yang mengetuk pintu bus, tanda hendak turun. Samsudin pun berniat memberhentikan bus yang ia kemudi. Namun tiba-tiba terasa ada hantaman keras mengenai busnya. Spontan ia menginjak rem, tetapi bus tetap melaju sehingga ia merasa seperti menabrak sepeda motor di depannya.
Baca juga Dukungan Keluarga, Sahabat dan Penyintas
Tak lama berselang, ia melihat banyak darah di sekujur tubuhnya. Setelah itu dia baru menyadari bahwa bus tidak menabrak apa-apa karena masih terdengar suara mesin menderu dan lokasi di sekitarnya pun sepi. Samsudin memutuskan untuk turun. Saat itulah dia tahu bahwa yang menghantam bus adalah material bom yang meledak dari arah Kedutaan Besar Australia. Samsudin terkejut melihat bus yang dia kemudikan bolong.
Saat turun, ia melihat salah seorang penumpang tergeletak tak berdaya. Ia mencoba menolong meskipun tubuh bagian kanannya sudah tidak bisa digerakkan. Ia memanggil taksi namun justru kabur ketika melihat kondisi mereka. Akhirnya, datang pengemudi ojek yang bersedia mengantarnya ke rumah sakit, sedangkan Samsudin diantar ke Puskesmas di daerah Setiabudi.
“Saya ingat di Puskesmas dikasih teh manis, perawatnya datang dan meminta saya untuk terus membaca istighfar. Dia tidak tahu bahwa saya Nasrani. Tapi saya tahu bahwa istighfar itu baik,” ungkap Samsudin ketika mengisahkan perjalannya dalam suatu kegiatan bersama AIDA.
Baca juga Korban Peduli Korban
Karena lukanya yang cukup serius, Samsudin dirujuk ke Rumah Sakit. Ia diantar oleh pengemudi ojek. Saat tiba di rumah sakit, Samsudin sudah tak sadarkan diri. Ketika ia sadar, dirinya mendapati beberapa jahitan di bagian kepala dan kakinya, serta merasakan badannya seperti terbakar.
“Seluruh badan rasanya terbakar, saya menangis dan teriak. Lalu datang dokter dan susternya. Saya dimasukkan seperti ke dalam terowongan. Itu ternyata saya mau dioperasi. Saya masuk ke ruangan operasi jam 5 sore, dan baru keluar jam 2 pagi,” ungkap Samsudin.
Dari operasi tersebut, dokter berhasil mengeluarkan setidaknya 7 toples serpihan logam material bom yang bersarang di tubuh Samsudin. Serpihan logam itu sengaja dibawa pulang oleh Samsudin untuk menjadi kenang-kenangan. Dampak lain yang dirasakan olehnya adalah emosi yang kerap meledak-ledak. Selain itu hingga saat ini jika berjalan cukup jauh telapak kakinya seperti mati rasa. Biaya yang dikeluarkan untuk perawatan tentu tidak sedikit. Samsudin mengaku biaya tersebut banyak dibantu oleh Kedutaan Besar Australia.
Baca juga Menebar Kasih Sayang Mengubur Dendam
“Ya tapi puji Tuhan hingga sekarang saya masih sehat-sehat saja,” tutur Samsudin mencoba untuk terus bersyukur dengan keadaannya
Setelah hampir 16 tahun terlewat, perlahan Samsudin mulai bangkit dari luka-luka yang dialaminya, baik secara fisik maupun psikis. Samsudin mulai menata hidupnya kembali. Saat ini ia berprofesi sebagai sopir transportasi online.
Bagi Samsudin, bangkit dari keterpurukan bukanlah hal yang mudah, namun dia berpedoman pada pesan ayahnya semasa kecil bahwa emosi tidak pernah menyelesaikan masalah. Menurut Samsudin musibah yang menimpanya justru membawa berkah untuk keluarga.
“Menurut saya justru musibah ini membawa berkah. Saya menikah dari tahun 2000 belum dapat momongan sampai tahun 2004. Setelah saya terkena bom, istri saya justru hamil pada tahun 2005. Musibah ini benar-benar membawa berkah,” ungkap Samsudin sembari tersenyum lebar.