5 hours ago

Energi Perdamaian dari Universitas Andalas

Aliansi Indonesia Damai- Bekerja sama dengan Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Andalas (Fisip-Unand), Padang, Sumatera Barat, AIDA menggelar Pengajian Perdamaian bertajuk “Menyerap ‘Ibroh Kehidupan Korban dan Mantan Pelaku Terorisme” pada Jumat (21/10/2022). Kegiatan tersebut merupakan tindak lanjut dari Pelatihan Pembangunan Perdamaian di Kalangan Mahasiswa di Padang yang diselenggarakan beberapa pekan sebelumnya. Sebanyak 114 mahasiswa dari Unand dan kampus sekitarnya hadir sebagai peserta aktif kegiatan di tanah Minang tersebut.

Pengajian dimaksudkan untuk menguatkan kesadaran mahasiswa akan pentingnya merawat perdamaian dengan menyerap ‘ibroh (pembelajaran) dari kisah korban dan mantan pelaku terorisme.

Para peserta sedang melakukan registrasi untuk mengikuti Pengajian Perdamaian bertajuk "Menyerap ‘Ibroh Kehidupan Korban dan Mantan Pelaku Terorisme” pada Jumat (21/10/2022) di Ruang Seminar Gedung I Kampus Universitas Andalas (Unand) Padang Sumatera Barat. AIDA bekerja sama dengan Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Andalas (Fisip-Unand), yang diorganisasikan oleh sejumlah mahasiwa Fisip Unand, alumni pelatihan Perdamaiaan yang dilaksanakan sebelumnya di kota Padang.  Sebanyak 114 mahasiswa Unand dan kampus sekitar menghadiri kegiatan tersebut.
Muhammad Habibi Ezyoni (kiri), mahasiswa FISIP Universitas Andalas (Unand) Padang, Sumatera Barat, bersama Muhammad L. Maghfurrodhi (tengah), Program Manager AIDA, menjadi narasumber dalam Pengajian Perdamaian bertajuk "Menyerap ‘Ibroh Kehidupan Korban dan Mantan Pelaku Terorisme” pada Jumat (21/10/2022) di Ruang Seminar Gedung I Kampus Unand. Habibi berbagi pengalaman ketika mengikuti kegiatan AIDA, terutama pada saat bertemu korban dan mantan pelaku terorisme. Dari kisah mereka, Habibi mendapatkan banyak pembelajaran yang disampaikan kepada peserta. "Sudah sejatinya kita sebagai mahasiswa bisa mempraktikkan perdamaian. Dimulai dari yang sederhana, perdamaian pada diri kita, teman-teman sekeliling kita," Habibi berpesan di akhir presentasinya. Pesan tersebut menjadi energi perdamaian dari ranah Minang untuk Indonesia.
Wilda Widiana, mahasiswi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (Uhamka) Jakarta yang mengikuti program Pertukaran Mahasiswa Mandiri di Universitas Andalas, menyampaikan bahwa dia kerap mendapatkan stigma teroris karena memakai cadar. "Di lingkungan saya, saya sering di-katain teroris. Padahal saya kan juga tidak pernah setuju, bahkan menentang perilaku para teroris," katanya. Merespons pendapat tersebut, Maghfurrodhi, narasumber kegiatan, menegaskan, bahwa pemahaman seseorang tidak bisa dinilai dari atribut yang melekat pada dirinya, seperti cadar, jenggot, celana cingkrang." Yang perlu diwaspadai adalah orang yang sudah mengkafirkan kelompok lain, menyebut negara dan aparatnya sebagai togut dan semacamnya. Di sini apakah ada yang menganggap orang yang berbusana seperti Wilda, memakai niqab, sebagai orang yang terpapar paham terorisme? Kalau ada, saya minta stop pikiran semacam itu," ucap Maghfur.
Muhammad L. Maghfurrodhi (tengah), Program Manager AIDA, memberikan goodybag sebagai cendera mata AIDA kepada peserta Pengajian Perdamaian bertajuk “Menyerap ‘Ibroh Kehidupan Korban dan Mantan Pelaku Terorisme” pada Jumat (21/10/2022) di Ruang Seminar Gedung I Kampus Universitas Andalas (Unand) Padang Sumatera Barat.
Tim AIDA, narasumber, panitia dan peserta dalam sesi foto bersama Pengajian Perdamaian bertajuk "Menyerap ‘Ibroh Kehidupan Korban dan Mantan Pelaku Terorisme” pada Jumat (21/10/2022) di Ruang Seminar Gedung I Kampus Universitas Andalas (Unand) Padang Sumatera Barat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *