2 days ago

Perdamaian untuk Anak

23 Juli 2025 kembali diperingati sebagai Hari Anak Nasional. Hampir bersamaan dengan perayaan tersebut anak-anak kita memasuki tahun ajaran baru 2025/2026. Mereka kembali ke sekolah untuk menyongsong masa depannya. Pemerintah menyebut mereka sebagai generasi muda yang akan menyongsong Indonesia emas 2045 atau satu abad Indonesia.

Data tahun 2023 menyebutkan bahwa sebanyak 88,7 juta jiwa adalah anak-anak berusia 0-19 tahun. Sementara anak usia sekolah dari SD hingga SMA pada tahun ajaran 2023/2024 mencapai lebih dari 53 juta anak atau sekitar 19% dari populasi Indonesia (Data Indonesia). Angka-angka tersebut bukanlah sekadar statistik, melainkan hamparan masa depan bangsa dan negara, apakah ke arah perdamaian atau sebaliknya.

Baca juga Ruang Aman bagi Anak-anak

Berkaca pada laporan lembaga pemerintah dan non pemerintah, kehidupan anak-anak Indonesia belum sepenuhnya damai dan aman dari kekerasan. Kekerasan dalam bentuk perundungan, kekerasan fisik, hingga yang paling keras lainnya terjadi di lingkungan rumah, sekolah, dan lingkungan sekitar. Pelakunya cukup beragam, mulai dari orang tua kandung, keluarga, teman sekolah dan teman sebaya hingga (yang paling sedikit) orang asing. Ada juga yang tergabung dalam kelompok ekstremisme kekerasan baik karena faktor keluarga atau lingkungan.

Di rumah, anak-anak mengalami kekerasan dari orang tua dan anggota keluarga, mulai dari kekerasan fisik, psikis, hingga penelantaran. Penelantaran mengakibatkan anak putus sekolah, tidak mendapatkan asupan gizi yang cukup hingga hilangnya perhatian yang membuat anak mengalami masalah psikologis. Tidak jarang, mereka terjangkiti virus kenakalan remaja dengan berbagai kegiatan negatif di luar rumah.

Baca juga Hijrah dan Perdamaian

Tidak sedikit anak yang mendapatkan kedamaian di rumah, justru mengalami kekerasan di sekolah atau di lembaga pendidikan berasrama. Guru, pengajar, dan pengasuh kerap lalai untuk memberikan perhatian pada aspek perilaku dan kebiasaan hidup positif. Lembaga pendidikan kerap hanya mengejar prestasi akademik sehingga luput dari memerhatikan aspek budi pekerti dan akhlak anak didik. Akibatnya, anak-anak yang merundung terkesan dibiarkan, sementara anak yang menjadi korban tidak diperhatikan. Sekolah seperti merawat siklus dan regenerasi kekerasan.

Di luar rumah dan sekolah, anak-anak juga rentan masuk ke dalam circle,  lingkungan, dan teman bermain (baik secara online maupun offline) yang menjadi “school of juvenile”, yakni tempat yang menyemai anak-anak belajar nakal, menyimpang dan tidak menutup kemungkinan melanggar hukum. Anak-anak juga rentan terpapar oleh ajaran dan tontonan kekerasan, yang menuntun mereka untuk melakukan perundungan dan tindak kekerasan kepada rekan sebaya. Bad senior atau orang dewasa yang jahat menjadi panutan dan idola mereka.

Baca juga Sasaran Kemarahan Itu Bernama Sekolah

Menjadi korban kekerasan sangat lah tidak enak, mendapati anak kandung/asuh yang menjadi korban kekerasan membuat hidup orang tuanya seperti runtuh. Tetapi orang tua yang mendapati anaknya menjadi pelaku kekerasan, apalagi kejahatan, juga sama hancurnya. Anak-anak yang menjadi korban dan pelaku kekerasan adalah tanggung jawab orang dewasa, lembaga pendidikan, dan tentunya pemerintah. 

Orang tua, sekolah dan pemerintah harus terus bekerja sama dan bahu membahu dalam memerhatikan pendidikan anak, terutama akhlak serta budi pekerti mereka. Selain berprestasi akademik, anak juga harus dicetak dengan nilai-nilai perdamaian seperti kejujuran, rasa untuk menghormati, memuliakan orang lain, dan menolong sesama.

Orang tua, guru dan pengasuh tentunya harus memberi contoh dan keteladanan dengan karakter, akhlak, dan budi pekerti yang baik pula. Pemerintah harus terus mendorong dan memfasilitasi orang tua, sekolah, dan lembaga pendidikan untuk menciptakan lingkungan yang positif agar anak-anak tumbuh dalam lingkungan yang sehat tanpa kekerasan.

Baca juga Tetap Damai di Era Disrupsi

Semua orang dewasa harus bertanggung jawab menciptakan lingkungan yang damai untuk anak-anak. Lingkungan anak yang damai akan membangun Indonesia yang damai pula.

Selamat Hari Anak Nasional, damailah Indonesia!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *