Aliansi Indonesia Damai- Lima puluh pelajar SMAN 3 Bogor, Jawa Barat Barat, mengikuti kegiatan Dialog Interaktif “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” yang diselenggarakan Aliansi Indonesia Damai (AIDA) pada Kamis (16/11/2023). AIDA menghadirkan Tim Perdamaian yang terdiri dari mantan pelaku terorisme dan korban terorisme untuk berbagi kisah ketangguhan kepada generasi muda. Diharapkan, para pelajar dapat mengambil pembelajaran tentang pentingnya membangun karakter damai.
Setelah mengikuti kegiatan ini, para pelajar menyatakan siap menjadi generasi Indonesia yang tangguh dan inspirator perdamaian. Hal itu menjadi momentum penyebaran pesan-pesan perdamaian dari pelajar di kota Hujan tersebut.

Perwakilan SMAN 3 Bogor (tengah) menyampaikan sambutan dalam pembukaan kegiatan Dialog Interaktif “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” pada Kamis (16/11/2023) di Aula Smanti Bogor. "Kami menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada AIDA atas penyelenggaraan kegiatan ini dan saya meminta anak-anakku semua untuk menyimak penyampaian dari narasumber," ucap ibu Wiwin, sapaan akrabnya. Dia berharap agar kegiatan serupa dapat rutin dilaksanakan setiap tahunnya.


Iswanto, mantan pelaku ekstremisme kekerasan, menuturkan sepak terjangnya bersama dengan salah satu kelompok teroris di Indonesia, Jemaah Islamiyah (JI). Pada akhirnya ia menyadari bahwa aksi-aksi terorisme bertentangan dengan ajaran Islam dan sangat merugikan korban, serta bangsa Indonesia pada umumnya. "Pada kesempatan ini pula saya ingin menyampaikan yang kesekian kalinya, permohonan maaf saya dan kawan-kawan lain, kepada Ibu Ni Luh Erniati, dan rekan-rekan korban Bom Bali, atas apa yang sudah kami lakukan di masa lalu," kata Iswanto dengan nada menyesal di hadapan para peserta. Ni Luh Erniati, korban Bom Bali 2002, yang juga menjadi narasumber merespons dengan anggukan kepala dan senyuman.


Ni Luh Erniati, korban Bom Bali 2002, menyampaikan kisah inspiratif dalam kegiatan Dialog Interaktif “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” di SMAN 3 Bogor, Kamis (16/11/2023). Ni Luh, berbagi kisah perjuangan hidupnya usai nyawa suaminya terenggut dalam tragedi kemanusiaan yang terjadi pada 12 Oktober 2002. Sejumlah siswa tampak meneteskan air mata saat menyimak kisah Ni Luh. Di akhir kisahnya, perempuan asal Bali ini berpesan, "Saya memang kehilangan satu cinta suami saya, tapi saya berharap dari kegiatan ini akan tumbuh 1000 cinta dari anak-anakku sekalian, 1000 cinta untuk perdamaian dan Indonesia yang kita cintai."


Salah seorang siswa SMAN 3 Bogor menyampaikan kesannya dan pembelajaran yang dia dapat dari kegiatan Dialog Interaktif “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” pada Kamis (16/11/2023). Ia menyampaikan, "Saya sangat terharu dengan apa yang diceritakan Ibu Ni Luh tadi, dan salut dengan apa yang disampaikan oleh Bapak Iswanto. Kita sebagai pelajar harus bisa belajar memaafkan orang yang telah menyakiti kita, dan selalu berusaha untuk memperbaiki diri agar menjadi generasi yang tangguh." Pesan tersebut disambut teriakan setuju oleh rekan-rekannya yang lain.


Fasilitator kegiatan Dialog Interaktif “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” di SMAN 3 Bogor (Kamis, 16/11/2023), Laode Arham (kiri), dan Narasumber Ni Luh Erniati (kanan) menyerahkan sertifikat kepada perwakilan pengurus OSIS dan MPK. "Sertifikat ini adalah tanda bahwa rekan-rekan semua adalah duta perdamaian di lingkungan masing-masing," pesan Laode kepada seluruh peserta.
