15 hours ago

JI Kembali ke NKRI: Menyimak Penuturan Mantan Petingginya (Bag. 4-terakhir)

Setahun silam, tepatnya 30 Juni 2024, ratusan mantan pegiat Jamaah Islamiyah (JI) meriung di salah satu hotel di kawasan Bogor Jawa Barat. Usai bermusyawarah mereka mencapai mufakat, JI harus dibubarkan. Tak butuh tempo lama, saat itu pula deklarasi pembubaran JI langsung dibacakan oleh salah satu pendiri JI. Salah satu poin penting yang diikrarkan adalah kembalinya JI ke pangkuan NKRI.

Beberapa waktu silam, Arif Siswanto, mantan Ahlu Syuro (penasehat) JI, dalam salah satu kegiatan yang diselenggarakan AIDA di Jakarta menuturkan panjang lebar alasan pembubaran organisasi yang telah digelutinya selama puluhan tahun. Berikut adalah bagian keempat dari artikel berseri.

JI Kembali ke NKRI: Menyimak Penuturan Mantan Petingginya (Bag. 1)

Selain refleksi tentang status NKRI, fakta yang menggelisahkan Arif sejak lama adalah keterlibatan beberapa anggota JI dalam aksi-aksi pengeboman. “Sebenarnya sejak Bom Bali I sudah mulai (wacana pembubaran JI: red). Ini ndak masuk ini. Karena itu tadi, dimar syamil (pemusnah massal), pengeboman, tidak bisa membedakan sasaran. Itu sangat tidak syar’i,” ucapnya.  

Saat di Lapas Karanganyar Nusakambangan, AIDA memfasilitasi pertemuan Arif dengan dua orang korban bom terorisme. Dari pertemuan itu, Arif meyakinkan dirinya, jika JI tak bisa dibubarkan maka harus ia tinggalkan.

Baca juga JI Kembali ke NKRI: Menyimak Penuturan Mantan Petingginya (Bag. 2)  

Menjelang bebas, ia mendapatkan pertanyaan dari salah seorang petugas Lapas tentang hal yang disesalinya. Ia menjawab bahwa dirinya akan sangat menyesal jika tidak bisa menyampaikan hasil permenungannya selama menjalani hukuman kepada koleganya sesama anggota JI. “Itulah yang menjadi jalan kemudian, Allah memberikan jalan kepada saya untuk membawa para senior, menyertai mereka sampai terjadinya pembubaran al-Jamaah al-Islamiyah,” ujarnya.

Selain refleksi internal, Arif mengakui, faktor eksternal yang memengaruhi para elit JI adalah perlakuan aparat negara yang menerapkan pendekatan manusiawi, membuka ruang dialog, dan menyediakan buku-buku bacaan sehingga memberikan peluang kepada elit-elit JI untuk melakukan evaluasi secara komprehensif.

Baca juga JI Kembali ke NKRI: Menyimak Penuturan Mantan Petingginya (Bag. 3)

Sebagai bentuk komitmen pembubaran dan kembali ke pangkuan NKRI, JI mengundang sejumlah anggotanya yang masih berstatus sebagai buronan (DPO) dalam rangkaian sosialisasi yang dihadiri oleh aparat negara. “Kami pastikan bahwa tidak ada DPO yang tidak diserahkan kepada negara, dalam hal ini Densus 88,” ujarnya.

Selain personil, JI juga menyerahkan senjata, amunisi, dan bahan peledak yang selama ini disembunyikan oleh para anggotanya kepada kepolisian. Untuk jangka panjangnya, eks pentolan JI juga terus berkoordinasi dengan Kementerian Agama terkait evaluasi kurikulum maupun materi pembelajaran di lembaga-lembaga pendidikan yang sebelumnya berafiliasi dengan JI.

“Kalau ada elemen bangsa ini yang masih skeptis (terhadap pembubaran JI), tidak apa-apa, nanti akan dijawab oleh waktu,” ujarnya. (MSY)

Baca juga Jamaah Islamiyah, dari Johor Berakhir di Bogor

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *