Mengajak Mahasiswa Meniti Jalan Damai
Aliansi Indonesia Damai- Peran generasi muda, khususnya mahasiswa, sangat penting dalam menentukan masa depan bangsa. Dilatari semangat menumbuhkan karakter damai di kalangan mahasiswa, AIDA menggelar Pelatihan Pembangunan Perdamaian di Kalangan Mahasiswa Bandung, medio November 2024. Kegiatan diikuti oleh 30 aktivis mahasiswa dari 9 kampus di wilayah Bandung.
Maghfurrodhi, Program Manajer AIDA, dalam sambutannya mengajak para peserta untuk merefleksikan fenomena yang terjadi di Ukraina, Suriah, dan wilayah Timur Tengah lainnya yang pengap dipenuhi konflik bersenjata dan peperangan tanpa henti. Rasanya susah sekali menjalani aktivitas secara normal dalam situasi seperti itu. Itu menjadi gambaran nyata betapa sangat mengerikan kehidupan ini jika perdamaian menghilang.
“Betul bahwa perang dan konflik internasional tadi terjadi di ribuan bahkan belasan ribu kilometer jauhnya dari kita secara geografis. Tetapi kita jangan sampai lengah. Jangan merasa aman bahwa ancaman konflik, perpecahan, perang saudara dan sebagainya itu tidak akan terjadi di Indonesia,” ujarnya.
Menurut Maghfur, sapaan Maghfurrodhi, faktor-faktor yang melatari terjadinya perang dan konflik bersenjata itu bisa muncul di mana pun, tak terkecuali di negara kita tercinta. Terlebih kita pernah mengalami sejumlah konflik komunal yang mengorbankan ribuan nyawa anak bangsa.
Sementara Ketua Pengurus AIDA, Hasibullah Satrawi, menganalogikan pelatihan ini sebagai booster dalam istilah vaksinasi anticovid-19. Adapun vaksin pertamanya adalah seminar yang berlangsung beberapa waktu sebelumnya di kampus UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Hasibullah mengajak para peserta untuk merefleksikan situasi kerentanan yang terjadi dalam skala global maupun lokal. Dalam konteks internasional, peran Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai wadah bersama untuk menjaga perdamaian dan ketertiban dunia dipertanyakan dalam konteks konfik Israel-Palestina.
Sementara dalam konteks nasional, Hasib menyoroti watak pragmatisme politik yang menghalalkan segala cara demi merebut kekuasaan, termasuk mengadu domba anak bangsa, tanpa memikirkan konsekuensi buruk yang rentan ditimbulkan. Pada saat bersamaan juga menguat perilaku egois, di mana banyak orang menempatkan kepentingan individu mengalahkan kemaslahatan publik.
“Melalui kegiatan ini, diharapkan kita bisa sama-sama mengerti pentingnya meniti jalan perdamaian, meski mungkin caranya berliku,” ujar Hasib. [F]