Membangun Karakter Damai Mahasiswa Bandung
Aliansi Indonesia Damai- AIDA menyelenggarakan Pelatihan Pembangunan Perdamaian di Kalangan Mahasiswa di Kota Bandung, Jawa Barat, Sabtu-Minggu (19-20/10/2024). Pelatihan sebagai tindak lanjut kegiatan Seminar Sehari “Halaqah Perdamaian: Belajar dari Kisah Korban dan Mantan Pelaku Terorisme” yang diselenggarakan sebulan sebelumnya.
Tujuan kegiatan untuk menguatkan kesadaran mahasiswa akan pentingnya merawat perdamaian dengan menyerap ‘ibroh (pembelajaran) dari kisah korban dan mantan pelaku terorisme. Para mahasiswa berbagi pengalaman dan wawasannya mengikuti pelatihan selama dua hari.
Seorang peserta dari UIN Bandung mengaku dari pelatihan ini ia belajar tentang cara memaafkan secara Ikhlas terhadap orang yang telah berbuat kejahatan kepadanya tanpa ada rasa dendam. Meski memaafkan bukan hal mudah tapi memaafkan adalah langkah awal untuk membebaskan diri dari belenggu emosi negatif. Dengan memaafkan, seseorang tidak hanya melepaskan diri dari rasa sakit, tetapi juga memberi ruang bagi rekonsiliasi dan pemulihan. Pelatihan memberikan pengalaman korban terorisme tentang bagaimana menumbuhkan sikap pemaaf di dalam diri.
Sementara itu, seorang peserta dari Universitas Pasundan mengaku tersadar akan pentingnya perdamaian. “Bentuk kekerasan apapun terhadap berbagai keadaan bukan merupakan hal yang baik, pasti akan ada korban yang tidak bersalah terkena dampaknya,” ujarnya. Melalui pelatihan, peserta diajak untuk merenungkan betapa pentingnya menciptakan lingkungan yang mendukung perdamaian. Mahasiswa juga diajarkan untuk mengembangkan empati dan memahami perspektif orang lain, sehingga dapat mencegah konflik sebelum berkembang menjadi kekerasan.
Pelatihan yang digelar selama dua hari ini memberikan wadah bagi para mahasiswa untuk mendiskusikan pandangannya tentang kekerasan. Seorang mahasiswa UIN Bandung menyatakan bahwa kekerasan adalah hal sia-sia yang membuang waktu dan tenaga karena semua permasalahan dapat diselesaikan tanpa kekerasan. Ia pun menekankan bahwa solusi damai bukan hanya lebih efektif, tetapi juga lebih manusiawi. Dalam situasi yang penuh ketegangan, menyelesaikan masalah tanpa menggunakan kekerasan adalah keterampilan yang sangat berharga.
Pelatihan tidak hanya memberikan pengetahuan baru, tetapi juga membangun karakter mahasiswa sebagai generasi yang tangguh dan peka terhadap isu sosial. Dengan memperkuat sikap memaafkan, mengedepankan perdamaian, dan menolak kekerasan, para peserta diharapkan dapat menjadi agen perubahan di lingkungan masyarakat.
Selain itu, pelatihan untuk menumbuhkan generasi muda yang mampu belajar dari masa lalu dan berkomitmen untuk menciptakan dunia yang lebih damai. Dengan memahami dan mempraktikkan nilai-nilai pemaafan dan perdamaian, mahasiswa dapat berkontribusi dalam mengurangi siklus kekerasan dan menciptakan masyarakat yang lebih harmonis. [CN]