Adaptif dalam Menyikapi Keberagaman dan Perubahan
Aliansi Indonesia Damai- Sosiolog Universitas Indonesia Imam B Prasodjo berpesan kepada mahasiswa untuk menyamakan pandangan dan makna tentang Indonesia dalam menyikapi keberagaman sehingga tidak menimbulkan konflik sosial. Menurutnya, silaturahmi bisa menjadi cara untuk mempermudah menyamakan makna tersebut.
“Problem mendasar para teroris karena mereka hanya mengaji pada komunitas kecil, tidak ada pembanding dari apa yang mereka dapatkan dari komunitas tersebut. Upaya yang bisa dilakukan yaitu membangun komunitas unggul, salah satunya dengan digital literacy,” tutur Imam dalam kegiatan Pelatihan Pembangunan Perdamaian di Kalangan Mahasiswa di Kota Bandung, pertengahan November lalu.
Imam menyatakan jika seseorang tidak bisa beradaptasi untuk melakukan perubahan maka cenderung frustasi. Orang-orang yang frustasi, kata Imam, akan berinteraksi dengan sesama orang yang frustasi. Menurut Imam, perubahan pun bisa menimbulkan ketegangan, misalnya kasus ojek pangkalan dan ojek online.
“Dunia saat ini sedang mengalami tiga gelombang, yaitu engine of history process, desire of recognition dan perubahan karena gadget,” ujarnya.
Imam menjelaskan gelombang pertama bahwa saat ini manusia sedang bergerak menggunakan teknologi sehingga harus beradaptasi dengan teknologi. Sementara gelombang kedua dimana manusia membutuhkan pengakuan dari orang lain. “Namun yang terpenting adalah orang Indonesia jangan hanya menjadi penonton, setidaknya harus bisa beradaptasi supaya tidak frustasi,” ujar Imam.
Ia menyatakan peradaban sekarang adalah masyarakat digital. Ia mengajak mahasiswa untuk menggunakan teknologi dan digitalisasi untuk mendukung cara bekerja sehingga lebih efektif, efisien dan mudah digunakan bersama. Ia mencontohkan, saat ini penyimpanan data digital tidak lagi menggunakan hard disk, tetapi sudah menggunakan cloud (remote database) sehingga mudah sharing data dengan siapa saja dan kapan saja.
Pelatihan yang diselenggarakan AIDA ini diikuti puluhan mahasiswa dari sejumlah universitas di Bandung raya. Pelatihan Pembangunan Perdamaian di Kalangan Mahasiswa diselenggarakan sebagai tindak lanjut dari Seminar Sehari, “Halaqah Perdamaian: Belajar dari Kisah Korban dan Mantan Pelaku Terorisme” yang diselenggarakan sebulan sebelumnya. Kegiatan dua hari tersebut dimaksudkan sebagai ajang pemompaan semangat aktivisme dan intelektualisme mahasiswa dalam melestarikan perdamaian.[F]