Kisah Zulqron Terkena Ledakan Bom
Aliansi Indonesia Damai- 24 Mei 2017, menjadi hari kelabu bagi Zulqron Ryan Nugraha. Hari itu, ia terkena ledakan bom terorisme di kawasan Terminal Kampung Melayu Jakarta Timur. Saat itu, ia bersama rekan-rekannya sedang berdinas mengawal jalur pawai obor menyambut datangnya bulan suci Ramadhan.
Zulqron adalah aparat kepolisian yang berdinas di wilayah Polda Metro Jaya. Saat peristiwa bom terjadi, ia baru setahun lebih menjadi anggota korps Bhayangkara. Saat itu aparat kepolisian yang ditugaskan mengawal jalur pawai obor sebanyak 14 anggota atau 1 pleton.
Baca juga Kisah Agum Meredam Benci dan Dendam
Ia bersama rekan-rekan dinasnya sejak sore sudah stand by di kawasan Terminal Kampung Melayu. Namun hingga pukul delapan malam, rombongan pawai obor belum jua tiba di Terminal Kampung Melayu sebagai titik akhir perjalanan pawai obor. Aparat kepolisian tetap stand by menjalankan tugas dinasnya.
“Saya habis beli kopi lalu teman menghampiri. Tidak lama setelah itu langsung terjadi ledakan. Saya kira awalnya ledakan itu berasal dari tabung gas karena di dekat halte transjakarta ada warung-warung kopi. Tapi ternyata ledakan itu adalah bom,” ujar Zulqron dalam kegiatan Pelatihan bagi Petugas Pemasyarakatan di Kota Bogor beberapa waktu lalu.
Baca juga Menemukan Kedamaian di Tengah Kegelapan
Ledakan bom tersebut menewaskan tiga anggota kepolisian dan melukai enam orang lainnya, termasuk Zulqron. Di antara korban tewas adalah seniornya di korps Bhayangkara. Baginya, sesama anggota kepolisian, baik senior maupun junior sudah seperti saudara sendiri.
Pria kelahiran Jakarta ini menceritakan dirinya terkena ledakan bom saat mengevakuasi jenazah polisi yang terkena ledakan bom. Saat itu, ia dan rekannya hendak mengangkat jenazah korban namun tiba-tiba terjadi ledakan bom kedua. Mereka pun terkena ledakan bom tersebut. “Ledakan kedua itu wajah saya kena, langsung panas dan saya pun meninggalkan senior saya yang tergeletak, saya lari untuk menyelamatkan diri,” tuturnya.
Ledakan bom itu mengakibatkan luka bolong dan sobek di wajah sebelah kiri, bahu dan tangan sebelah kiri, serta otot tandonnya putus.
Baca juga Suara yang Tak Boleh Terlupakan
Zulqron menyelamatkan diri ke sebuah warung yang terletak di seberang jalan. Saat itu, ia dihampiri seorang tukang ojek online dan mendapatkan tawaran untuk mengantarkan ke rumah sakit terdekat. Sesampainya di rumah sakit, ia langsung mendapatkan pertolongan. Wajah dan bahunya yang terluka langsung dioperasi. Ia menjalani perawatan medis di rumah sakit selama seminggu dan rawat jalan selama sebulan.
“Saat di rumah sakit saya tidak mengetahui korban yang meninggal dunia maupun korban luka. Saya ketemu rekan saya, dia bilang anggota Densus 88 dan menyampaikan akan mencari jaringan pelaku terornya,” ujar dia. Dampak ledakan yang masih dirasakannya hingga sekarang yaitu trauma mendengar bunyi ledakan apa pun, termasuk suara petir. Saat mendengar suara ledakan apa pun, ia langsung merunduk. Tak hanya itu, ia pun kini tak mampu melakukan push up dan pull up seperti sedia kala karena luka di bahu yang cukup dalam. Bahkan, luka di wajahnya dilakukan operasi plastik di sebagian wajah.