5 hours ago

Deklarasi New York dan Masa Depan Solusi Dua Negara

Oleh Musthafa Abd. Rahman

(wartawan Kompas 1991-2022)

Artikel ini terbit di laman Kompas.id edisi 8 Agustus 2025

Konferensi internasional tentang isu Palestina di kota New York pada 28-30 Juli 2025 telah melahirkan deklarasi New York yang salah satu butir utamanya adalah dalam bentuk dukungan terhadap solusi dua negara Israel dan Palestina. Konferensi yang membuahkan 42 butir rekomendasi,  digalang bersama Perancis-Arab Saudi dengan melibatkan 17 negara plus Uni Eropa dan Liga Arab,

Di antara 17 negara yang terlibat tersebut, ada dua negara Eropa besar, yaitu Perancis dan Inggris yang bertekad akan mengumumkan pengakuan atas negara Palestina di sela sidang MU PBB di New York pada September 2025. Perancis dan Inggris selama ini dikenal basis tradisional dukungan paling kuat terhadap Israel di Eropa.

Apa yang terjadi di New York pada 28-30 Juli 2025 merupakan aksi pembangkangan Eropa atas sikap tradisional mereka yang mendukung sangat kuat Israel. Lahirnya deklarasi New York itu, tentu bukan muncul dari ruang kosong. Deklarasi New York lahir dari akumulasi banyak faktor akibat perang Gaza yang berlarut-larut.

Perang Gaza telah menampilkan wajah isu Palestina yang bukan isu politik belaka. Perang Gaza kini lebih menjelma menjadi isu kemanusiaan. Apalagi dalam beberapa pekan terakhir ini, telah muncul isu bencana kelaparan akut yang merenggut ratusan nyawa anak kecil di Gaza. Hati nurani dunia tentu tidak menerima apa yang terjadi di Gaza saat ini.

Baca juga Timur Tengah Baru

Dalam waktu yang sama, Israel terus menolak gencatan senjata di Gaza. Bahkan dalam beberapa hari terakhir muncul wacana di kalangan elit politik Israel untuk kembali menduduki Jalur Gaza. Israel pun bertekad menganeksasi Tepi Barat.

Apa yang dilakukan Israel di Jalur Gaza dan Tepi Barat dengan didukung penuh AS, tentu akan mengubur isu Palestina dari muka bumi ini. Situasi inilah yang kini mendapat perlawanan Eropa yang dipimpin Perancis dan Inggris. Perancis kemudian berkolaborasi dengan Arab Saudi untuk melahirkan aliansi Arab-Eropa untuk melawan aliansi AS-Israel.

Aliansi Arab-Eropa itu yang membidani konferensi internasional tentang isu Palestina di New York pada 28-30 Juli 2025. Deklarasi New York yang dilahirkan dari aliansi Arab-Eropa secara geopolitik sangat strategis untuk menandingi, sekaligus melawan aliansi AS-Israel. Pihak AS dan Israel sendiri menolak deklarasi New York.

Baca juga Gaza dan Kemanusiaan Perang

Maka di pentas geopolitik Timur Tengah saat ini, terjadi pertarungan antara proyek politik aliansi Arab-Eropa dengan konsep deklarasi New York dan proyek politik aliansi AS-Israel dengan konsep politik Abraham Accord.

Konsep Abraham Accord adalah proyek normalisasi hubungan Israel dengan dunia Arab dan Islam tanpa harus ada solusi isu Palestina. Pada tahun 2020, ada sejumlah negara Arab, yaitu Bahrain, Sudan, Maroko, dan Uni Emirat Arab yang melakukan normalisasi hubungan dengan Israel lewat konsep Abraham Accord itu.

Terlepas situasi politik domestik Israel yang  belum kondusif untuk mendukung solusi dua negara, aliansi Arab-Eropa lewat deklarasi New York ingin memberi pesan moral dan politik. Pesannya adalah solusi dua negara bagi isu Palestina masih ada, dan mendapat dukungan kuat masyarakat internasional.

Kelahiran deklarasi New York yang dibidani oleh negara-negara yang dikenal sebagai basis tradisional pendukung Israel, seperti Inggris, Perancis, Kanada dan Australia, akan membuat Israel kian terisolasi secara politik dan diplomasi di pentas internasional. Pada gilirannya, peminggiran itu akan menjadi tekanan terhadap Israel.

Deklarasi New York memberi pesan politik bahwa proyek politik Abraham Accord yang diusung AS-Israel sulit berkembang. Proyek itu telah mati dan tidak mendapat dukungan Internasioanal.

Deklarasi New York menjadi upaya Eropa dan masyarakat internasional untuk menekan Israel. Dunia ingin Israel bersedia menghentikan perang Gaza dan mengizinkan masuknya bantuan kemanusian untuk mengakhiri bencana kemanusiaan di Gaza.

Deklarasi New York tentu akan lebih efektif jika negara-negara Eropa menghentikan kerja sama ekonomi, politik dan militer dengan Israel. Oleh karena itu, masa depan solusi dua negara pascadeklarasi New York  berada di tangan Eropa.

Tes moral dan keseriusan politik Eropa, adalah sejauh mana Eropa pascadeklarasi New York mau memblokade Israel secara politik, ekonomi dan militer, jika  Israel masih menolak gencatan senjata di Gaza dan menolak solusi dua negara. Sebaliknya, jika Eropa masih ragu-ragu memblokade Israel, maka deklarasi New York akan menjadi sebuah ”omon-omon” saja, alias seperti angin lalu.

Baca juga Timur Tengah 2025

Israel tanpa Eropa, ibarat burung terbang dengan satu sayap. Israel selama ini terbang dengan dua sayap, yakni sayap AS dan sayap Eropa. Israel akan timpang tanpa dukungan Eropa.

Maka nilai strategis deklarasi New York, karena ada Eropa di belakangnya. Kini menunggu sejauh mana Eropa menggunakan segala kapasitasnya untuk menyukseskan deklarasi New York itu.

Sejauh ini, sudah ada 143 dari 193 negara anggota PBB telah mengakui Palestina sebagai negara. Namun 143 negara tersebut berasal dari Asia, Afrika, dan Amerika Latin yang masuk kategori negara berkembang.

Namun, Deklarasi New York mengubah peta kapasitas negara yang akan mengakui negara Palestina. Menyusul negara-negara berkembang, sejumlah negara maju di Eropa plus Kanada dan Australia kini bakal menyusul. Keberadaan mereka sangat siلnifikan lantaran memiliki pengaruh besar pada ekonomi, politik, dan militer Israel.

Kini dunia menunggu aksi konkret Eropa untuk menyukseskan Deklarasi New York.

Baca juga Akar Gerakan Islam Politik Modern

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *