Pemuda Merawat Perdamaian
“Kami Putra Putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia
Kami Putra Putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia
Kami Putra Putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”
Demikian bunyi Ikrar bersejarah, buah pemikiran dari Kongres Pemuda Kedua yang diinisiasi oleh Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) pada 27-28 Oktober 1928. Kongres di masa kolonial tersebut dihadiri oleh berbagai elemen pemuda dari berbagai penjuru tanah air: Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Jong Batak Bond, Jong Celebes, Jong Islamieten Bond, Katholikee Jongelingen Bond, Sekar Rukun, dan banyak lagi (Aida.or,id, 20/10/2020).
Para pemuda dari berbagai suku, bangsa dan agama telah sepakat untuk memiliki tanah air yang satu, bangsa yang sama dan bahasa yang menyatukan mereka semua, yakni Indonesia.
Baca juga Berbahasa Bijak untuk Perdamaian
Kini, hampir satu abad, ikrar tersebut masih sangat relevan. Tanah, bangsa dan bahasa Indonesia adalah rahmat Tuhan yang harus selalu dijaga dan dirawat dengan semangat persatuan, keadilan dan perdamaian.
Tanah Indonesia yang terdiri atas belasan ribu pulau merupakan hamparan kepulauan yang sangat kaya akan sumber daya alam, hayati dan manusianya. Dalam konteks tanah, tidak sedikit ditemukan masih ada konflik agraria dengan kekerasan yang terjadi di antara sesama anak bangsa karena berbagai perbedaan kepentingan. Kerusakan lingkungan demi dan atas nama pembangunan juga masih kerap ditemukan. Para pemuda diharapkan mampu mengatasi hal tersebut dengan semangat keadilan dan pemerataan, aktif untuk mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan dengan ilmu dan teknologi, melalui peran-peran mereka di berbagai sektor pemerintahan, swasta, NGO dan lembaga sosial-kemasyarakatan.
Dalam konteks kebangsaan, bangsa Indonesia makin dewasa dalam mengelola dan menyikapi perbedaan-perbedaan. Sudah makin jarang terdengar letupan-letupan sentimen etnis atau agama tertentu. Dan jika ada insiden kekerasan berbasis primordial dan ideologi tertentu, hal itu dapat segera diatasi oleh pemerintah, aparat keamanan, tokoh masyarakat dan pemuda. Para pemuda dapat menjadi aktor utama dalam menjaga lingkungan sekitar dari berbagai potensi dan ancaman kekerasan.
Baca juga Sumpah Pemuda: Menyongsong Indonesia Emas
Bahasa Indonesia juga kini makin hebat di kancah internasional. Sejak 2023 Badan PBB untuk Pendidikan, Keilmuan dan Kebudayaan (UNSECO) telah menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi untuk konferensi umum, bersanding dengan enam bahasa PBB yakni Inggris, Prancis, Arab, Tiongkok, Rusia, dan Spanyol, serta tiga bahasa UNSECO yaitu India, Italia dan Portugis. Saat ini pemerintah tengah berupaya agar bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi di ASEAN. Para pemuda patut menyebarluaskan pemakaian bahasa Indonesia di berbagai forum internasional, atau ketika berkegiatan di luar negeri, maupun ketika melancong ke berbagai negara, terutama di ASEAN.
Kesatuan tanah, bangsa dan bahasa Indonesia merupakan “karya” para pemuda 97 tahun lalu. Sudah sepantasnya para pemuda Indonesia kini berbangga dan terus berjuang serta mengabdi untuk tanah, bangsa dan bahasanya. Para pemuda harus terus bahu membahu merawat perdamaian di bumi Indonesia ini. Selamat Hari Sumpah Pemuda 2025.











