Home Berita Serangan Terhadap Polisi Ancam Kedamaian Indonesia
Berita - 07/07/2017

Serangan Terhadap Polisi Ancam Kedamaian Indonesia

Situasi keamanan di berbagai wilayah di Tanah Air untuk kesekian kalinya kembali terusik oleh adanya berbagai aksi teror. Rentetan serangan teror akhir-akhir ini lebih banyak dialamatkan terhadap kepolisian. Setelah ledakan bom di Kampung Melayu Jakarta Timur menewaskan tiga orang polisi menjelang Ramadan 24 Mei lalu, masyarakat kembali dikejutkan dengan terjadinya serangan teror terhadap anggota polisi pada Hari Raya Idul Fitri.

Minggu (25/6/2017) dini hari anggota polisi yang sedang bertugas di pos penjagaan Markas Polda Sumatra Utara diserang dua pria bersenjata tajam. Satu anggota Polri, Aiptu Martua Sigalingging, meninggal dunia dalam peristiwa itu.

Pelakunya adalah terduga teroris Syawaluddin Pakpahan (47) dan Ardial Ramadhana (30). Ardial, warga Jl. Sisingamangaraja, Simpang Limun Medan, tewas setelah dilumpuhkan polisi di lokasi kejadian. Pelaku lain, Syawaluddin, yang beralamat di Jl. Pelajar Timur Gang Kecil, Lingkungan XVIII Medan Denai, kondisinya kritis. Dari hasil investigasi polisi diketahui sehari-hari Ardial berprofesi sebagai penjual jus sedangkan Syawaluddin adalah penjual rokok.

Kepolisian mensinyalir pelaku berafiliasi dengan Jamaah Ansharud Daulah (JAD) yang loyal terhadap kelompok teroris internasional Daesh (ISIS). JAD sendiri diduga kuat terlibat dalam teror bom di Kampung Melayu. “Salah satu pelaku penyerangan Pos Jaga Polda pernah ke Suriah,” kata Kapolda Sumatra Utara Irjen Pol. Rycko Amelza Dahniel, seperti dikutip Tempo, Minggu.

Menanggapi serangan teror terhadap polisi, Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan bahwa para teroris menganggap kepolisian sebagai kaki tangan pemerintah Indonesia yang thagut, oleh sebab itu harus diperangi. “Sasarannya polisi. Kenapa polisi? Karena polisi dianggap sebagai kafirharbi, kafir yang menyerang mereka. Jadi harus diprioritaskan. Saya sudah memerintahkan semua jajaran kepolisian memperkuat pengamanan masing-masing satuan di kantor atau kediaman pribadi,” kata Kapolri di Jakarta, Minggu.

Meskipun Kapolri sudah menginstruksikan jajarannya agar meningkatkan kewaspadaan, serangan teror menyasar polisi kembali terjadi. Jumat (30/6/2017) malam dua anggota Brimob, AKP Dede Suhatmi dan Briptu Syaiful Bakhtiar, diserang seorang pria menggunakan sangkur saat sedang shalat di Masjid Falatehan, Kebayoran Baru Jakarta Selatan, tak jauh dari Markas Besar Polri. Pelaku diidentifikasi sebagai Mulyadi (28). Saksi mata mengatakan sebelum menyerang dua anggota Brimob tersebut, pelaku sempat berteriak “thagut” dan “kafir“. Pelaku tewas ditembak polisi karena berusaha lari dan melakukan ancaman.

Kadiv Humas Mabes Polri, IrjenPol. Setyo Wasisto, mengatakan pihaknya sudah memeriksa empat saksi terkait serangan terhadap polisi di Masjid Falatehan. Keempat saksi adalah kakak kandung, kakak ipar, seorang teman SMA, serta seorang rekan berdagang Mulyadi. Dari keterangan saksi, pelaku diketahui pernah bilang ISIS itu baik, khilafah itu baik.

Sebuah bendera hitam yang identik dengan bendera ISIS dipasang oleh orang tak dikenal di pagar Polsek Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Selasa (4/7/2017) pagi. Polisi melakukan pendalaman atas peristiwa itu. Polisi juga akan memeriksa apakah ancaman bendera ISIS di kantor polisi itu terkait dengan penusukan anggota Brimob di Masjid Falatehan.

Rentetan serangan teror terhadap polisi semakin meresahkan masyarakat. Kepolisian sebagai aparat penegak hukum dan penjaga keamanan dituntut lebih waspada menghadapi tantangan dari kelompok teroris agar dapat memberikan rasa aman kepada masyarakat. (AM)

 

 

Sumber: republika.co.id kompas.com liputan6.com tempo.co

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *