Home Berita Dialog Siswa SMK Bhinneka Karya Surakarta dengan Mantan Napiter
Berita - Pilihan Redaksi - 07/02/2021

Dialog Siswa SMK Bhinneka Karya Surakarta dengan Mantan Napiter

Aliansi Indonesia Damai- Generasi muda sebagai pilar masa depan bangsa harus mampu menjawab tantangan zaman, antara lain maraknya narasi ekstremisme berbasis kekerasan. Demikian salah satu topik diskusi yang muncul dalam kegiatan Dialog Interaktif Virtual “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” yang dilaksanakan AIDA di SMK Bhinneka Karya Surakarta, akhir Januari lalu. 

Salah satu narasumber yang dihadirkan adalah Kurnia Widodo, mantan narapidana kasus terorisme (napiter) yang telah bertobat. Siang itu, Kurnia Widodo memulai presentasinya dengan menghaturkan permohonan maaf kepada seluruh korban terorisme di Indonesia.  Meskipun tidak terlibat langsung terhadap aksi teror yang menimbulkan korban.

Kurnia mengaku terlibat dalam jaringan ekstremisme sejak duduk di bangku SMA di Bandar Lampung dan terus berlanjut hingga menempuh kuliah sarjana di Bandung. Ia bahkan sempat terlibat pelatihan militer dan peracikan bom sebagai bentuk persiapan jihad. Karena perbuatannya, ia harus menjalani hukuman penjara selama beberapa tahun di Lapas Cipinang Jakarta. 

Belajar dari pengalaman pribadinya, Kurnia mengajak generasi muda untuk menjauhi ideologi yang mengancam dan memantik perpecahan di tengah masyarakat. Menurut dia, paham ekstremisme tumbuh dalam lingkungan yang eksklusif dan tidak menghargai adanya perbedaan dan kemajemukan masyarakat. 

Salah seorang siswa meminta pendapat Kurnia tentang hubungan pertemanan dengan orang yang berbeda agama? Bagi Kurnia, berteman dengan orang yang berbeda agama merupakan sunnatullah. Islam tidak pernah melarang untuk membatasi berteman dengan siapa saja. 

“Bagaimana orang supaya bergaul kepada orang yang berbeda agama. Apa pun agamanya. jika kita berdebat dengan mereka, jangan pernah memaksa orang lain untuk memeluk agamamu,” ujarnya.  

Siswa lain menanyakan tentang cara menghindari orang-orang yang memaksa untuk mengajak kepada kekerasan ataupun terorisme? Kurnia menjelaskan, alasan yang membuat seseorang menjadi pelaku kekerasan adalah faktor kebencian. Padahal Islam mengajak dengan ajakan yang baik. “Tidak sedikit kekerasan bisa menyebabkan amarah dan dendam. Justru saya berubah karena kata-kata yang bijak,” ucapnya. (FS)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *