Melihat Masa Depan yang Lebih Cerah
Tragedi 5 Agustus 2003 di Hotel JW Marriott Jakarta menyisakan kepedihan dan dampak yang berkepanjangan bagi para korban. Dalam rangka memperingati insiden tersebut, Yayasan Penyintas Indonesia (YPI), didukung oleh Aliansi Indonesia Damai (AIDA), menyelenggarakan Peringatan 14 Tahun Bom JW Marriott di Jakarta, Sabtu (5/8/2017).
Kegiatan tersebut dihadiri oleh keluarga besar korban Bom JW Marriott 2003 serta sejumlah korban Bom Kuningan 2004.
Ketua Panitia, Bambang Trijanto, mengatakan bahwa silaturahmi rutin di antara para korban aksi teror seperti acara peringatan penting untuk dijaga agar kondisi psikis mereka semakin kuat menghadapi berbagai tantangan.
“Kejadian itu membuat kita terluka dan kehilangan, tapi tidak menghilangkan semangat kita semua untuk melihat masa depan yang lebih cerah,” ujarnya.
Ketua YPI, Sucipto Hari Wibowo, dalam sambutannya mengingatkan para korban agar senantiasa bersemangat melanjutkan kehidupan setelah terkena dampak aksi teror. Ia juga mengharapkan agar semakin banyak korban yang terlibat dalam kegiatan untuk mengampanyekan perdamaian di Indonesia bersama AIDA.
“Peristiwa teror sudah lama terjadi, sudah saatnya para korban bom bangkit dari keterpurukan dan berbuat baik kepada orang lain,” kata dia.
Direktur AIDA, Hasibullah Satrawi, memimpin momen mengheningkan cipta dalam acara siang itu. Para hadirin sejenak menundukkan kepala untuk mengenang dan mendoakan para korban yang meninggal dunia akibat ledakan bom 14 tahun yang lalu.
“Mengenang bukan untuk bersedih tapi meyakini kalau ini takdir dengan segala kepahitan yang kita rasakan, bukan untuk meneteskan air mata tapi untuk mengingat bahwa cobaan ini mengajarkan kita menjadi lebih baik,” ujar Hasibullah usai mengheningkan cipta.
Dia juga mengabarkan kepada seluruh korban untuk menjadi pribadi yang terbuka dan bahagia. Manakala ada hal yang ingin disampaikan perihal kegundahan hati, AIDA memfasilitasi dengan kegiatan konseling dengan psikolog.
Dalam kegiatan tersebut juga diadakan sesi tanya jawab dan saling berbagi cerita di antara penyintas agar bisa lebih saling menguatkan. Penyintas Bom Kuningan 2004, Sudirman A. Thalib, berbagi pengalaman saat mengikuti kegiatan AIDA yang melibatkan mantan pelaku terorisme.
Dia menerangkan dengan mencurahkan segala yang berkecamuk di hati dapat meringankan beban hidup. Dia tak menyangkal saat pertama kali bertemu mantan pelaku sempat muncul amarah di hati. Setelah sementara waktu bisa mengenal pribadi mantan pelaku dan dengan fasilitasi dari AIDA, sedikit demi sedikit dia dapat meluruhkan amarah.
“Tapi, tidak ada yang bisa menyembuhkan diri kita kecuali diri kita sendiri. Suasana hati yang saat pertama kali penuh dengan amarah, berakhir dengan saling memaafkan dengan penuh perdamaian,” ungkapnya. [AM]