Wayan Sudiana, Penyintas Bom Bali 2002, Berbagi Semangat Ketangguhan Bersama Siswa SMKN 5 Kota Serang, Banten
Home Berita Menyemai Damai di Kalangan Pelajar di Serang
Berita - 08/02/2019

Menyemai Damai di Kalangan Pelajar di Serang

ALIANSI INDONESIA DAMAI – “Saya bangkit karena anak-anak kami, yang waktu itu masih kecil-kecil. Saya tidak mau pupuskan masa depan anak-anak saya,” ujar I Wayan Sudiana. Istrinya, alm. Widawati, meninggal dunia menjadi korban ledakan Bom Bali I pada tahun 2002 silam.

Meskipun peristiwa itu telah berlalu lama, sesungguhnya tidak mudah bagi Wayan untuk menceritakan ulang kisahnya di hadapan siswa-siswi SMKN 5 Kota Serang, Jumat (25/1/2019). Dalam kegiatan Dialog Interaktif bertema “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” yang diselenggarakan Aliansi Indonesia Damai (AIDA) itu, Wayan menceritakan semangatnya menjalani hidup demi membesarkan anak-anaknya.

Tidak kurang dari 50 pelajar SMKN 5 Serang mengikuti kegiatan pagi itu. Beberapa siswa tampak terharu dan menitikkan air mata saat menyimak kisah Wayan dengan khidmat. Meskipun tidak mengalami langsung ledakan bom, namun kehilangan orang tersayang dengan cara yang tidak wajar menimbulkan kesedihan yang hebat dalam diri Wayan. Pria yang sehari-hari bekerja sebagai pemandu wisata itu mengaku sempat hampir berputus asa. Ia menjadi pemurung dan enggan beraktivitas seperti biasa, seperti mendampingi wisatawan yang hendak menggunakan jasanya berwisata di Pulau Dewata.

Wayan Sudiana, Penyintas Bom Bali 2002, Berbagi Semangat Ketangguhan Bersama Siswa SMKN 5 Kota Serang, Banten
Wayan Sudiana, Penyintas Bom Bali 2002, Berbagi Semangat Ketangguhan Bersama Siswa SMKN 5 Kota Serang, Banten

 

“Saya mengalami dampak dari ledakan bom itu, hampir 6 bulan lamanya saya tidak berani keluar rumah. Setelah penguburan atau ngaben (jenazah istri) saya tidak berani bertemu banyak orang. Saya mudah lari kalau bertemu orang,” ujar Wayan.

Seiring waktu Wayan mampu mengalahkan kepedihan masa lalu. Ia mengaku bisa bangkit dari keterpurukan karena salah satu penyemangatnya adalah anak-anaknya yang masih kecil. Ia menyadari bila tak segera bangkit dari musibah maka akan berdampak negatif bagi tumbuh kembang anak.

Setelah berdamai dengan masa lalu, Wayan dipertemukan oleh AIDA dengan mantan pelaku terorisme. Dalam pertemuan itu mantan pelaku menyampaikan permohonan maaf kepada Wayan. Meskipun tak mudah, Wayan mampu memaafkan. Sejak momen maaf memaafkan itu Wayan dan mantan pelaku terbentuk menjadi Tim Perdamaian AIDA.

Bersama-sama mantan pelaku dalam Tim Perdamaian AIDA, Wayan aktif melakukan kampanye perdamaian di berbagai sekolah di Indonesia. Salah satunya adalah kegiatan Dialog Interaktif di SMKN 5 Serang pada akhir Januari lalu.

“Generasi muda adalah generasi penerus bangsa, mari kita saling menghormati antarsesama dan mencegah kekerasan. Mari saling memaafkan, termasuk kepada yang menyakiti kita,” pesannya kepada para siswa peserta Dialog Interaktif.

Selain Wayan, Dialog Interaktif di SMKN 5 Serang juga menghadirkan Kurnia Widodo, seorang mantan pelaku terorisme. Ketika bergabung dengan kelompok teroris, ia mengaku tak pernah terpikir bahwa aksi teror akan menimbulkan penderitaan panjang bagi orang-orang yang menjadi korban. Namun, setelah menjalani masa hukuman kemudian dipertemukan dengan korban, ia tersadar. Saat berinteraksi dengan para korban dan menyaksikan dampak nyata terorisme, ia merasakan begitu kejinya perbuatan kelompok teroris. Dari kisah para korban ia mengaku semakin yakin untuk meninggalkan jalan kekerasan.

Dalam kegiatan di SMKN 5 Serang Kurnia mengulang permintaan maafnya kepada Wayan sebagai perwakilan korban terorisme. “Korban bercerita tentang sakitnya luka bakar di tubuhnya, dari situ saya tahu dampak besar dari perlakuan ikhwan-ikhwan (teman-temannya di jaringan). Saya mewakili para ikhwan, meminta maaf setulus-tulusnya kepada para korban” ujarnya.

Seperti halnya Wayan, Kurnia  kini tergabung menjadi Tim Perdamaian AIDA untuk mengampanyekan perdamaian.

Wakil Kepala SMKN 5 Kota Serang mengapresiasi penyelenggaraan Dialog Interaktif “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh”. Ia berharap agar siswa-siswi yang mengikuti kegiatan bisa mengambil pelajaran berharga dari pengalaman hidup Tim Perdamaian AIDA.

“Anak-anak, kami harap setelah pertemuan ini ada pelajaran yang membekas hingga bisa diamalkan. Kami berdoa mudah-mudahan anak-anak bisa mengaplikasikan ilmunya bagi bangsa, negara dan agamanya,” katanya.

Direktur Aliansi Indonesia Damai (AIDA), Hasibullah Satrawi, dalam kegiatan menyatakan bahwa aksi terorisme bagi korbannya adalah takdir kehidupan yang penuh dengan pembelajaran. “Pertama, keluasan hati korban untuk memaafkan mantan pelaku dengan tidak membalas kekerasan dengan kekerasan. Dari sisi mantan pelaku tidak membalas ketidakadilan dengan ketidakadilan lainnya,“ pungkas Hasibullah. [MSH]