Farid Uddin Ahmad, survivor of the shooting at the Al Noor mosque in Christchurch. His wife Husna was killed helping people escape. Photo: smh.com.au
Home Berita Kelapangan Hati Penyintas Tragedi Christchurch
Berita - 21/03/2019

Kelapangan Hati Penyintas Tragedi Christchurch

Aliansi Indonesia Damai- “Hari yang kelam” bagi warga Selandia Baru. Pada Jumat  (15/3/2019) lalu terjadi penembakan brutal terhadap warga yang berada di kompleks Masjid Al Noor dan sebuah masjid di Linwood di kota Christchurch, sekitar 450 km arah barat daya dari ibu kota Selandia Baru, Wellington. Tercatat 50 orang meninggal dunia –salah satunya adalah Lilik Abdul Hamid, seorang warga negara Indonesia– dan puluhan lainnya terluka. Di tengah kepedihan luka dan kehilangan orang-orang terkasih, penyintas aksi teror di Christchurch menunjukkan kelapangan hati yang luar biasa, yang layak dijadikan inspirasi warga dunia.

Di antara yang selamat dari serangan penembakan di Masjid Al Noor ialah Fariduddin Ahmad (59). Ia menuturkan kisah kehilangannya atas pasangan hidupnya, Husna Ara Parvin (42). Husna adalah imigran asal Bangladesh. Ia ditembak ketika hendak menyelamatkan suaminya, Fariduddin yang lumpuh dan duduk di kursi roda. Pasangan suami istri ini sudah menetap di Selandia Baru sejak tahun 1990.

Pada saat penembakan berlangsung, secara heroik Husna berusaha menyelamatkan anak-anak dan perempuan ke tempat aman. Setelah berhasil mengeluarkan para perempuan dan anak-anak, ia memutuskan untuk kembali ke masjid guna menyelamatkan sang suami dari maut. Namun sayang seribu sayang, di pintu masjid Husna kepergok pelaku yang secara membabi buta menembaki orang-orang di luar masjid. Husna pun tertembak dan meninggal dunia karena terkena sejumlah peluru.

Fariduddin amat sedih atas kepergian Husna karena sebenarnya istri tercintanya itu hendak menyelamatkannya dari ancaman kematian. Ia menilai istrinya adalah pahlawan sejati. Sebab, ia telah menolong banyak orang dari aksi penembakan itu. “Dia kembali lagi ke masjid untuk mencari saya karena saya memakai kursi roda. Dia sibuk menyelamatkan nyawa orang lain, tetapi melupakan keselamatan dirinya,” kata Fariduddin seperti dilansir Republika, Senin (18/3/2019).

Meskipun musibah besar tengah menimpa, namun Fariduddin mengaku tidak menyimpan rasa dendam kepada pelaku. Ia ingin menyayangi pelaku penembakan karena sejatinya, menurutnya, si pelaku adalah seorang manusia biasa sebagaimana manusia lainnya. Fariduddin bahkan berdoa agar pelaku kelak menjadi orang yang lebih baik.

Menurut Fariduddin, dalam situasi seperti itu, memaafkan adalah cara terbaik untuk ditempuh, daripada menyimpan rasa dendam kepada pelaku. Ia berharap pelaku teror bisa merasakan apa yang dirasakannya, agar ia tahu betapa jalan kebaikan adalah jalan terbaik dalam hidup. “Memaafkan adalah jalan terbaik, sebenarnya saya tidak terima dengan apa yang telah dilakukan oleh pelaku penembakan kepada istri saya. Namun, yang terbaik adalah memaafkan dan bersikap positif,” ujarnya.

Setelah situasi di Christchurch berangsur aman, warga Selandia Baru berbondong-bondong menampakkan dukungan kepada para korban dan umat muslim di sana. Di media sosial, viral sebuah video yang menunjukkan ratusan mahasiswa Universitas Canterbury berkumpul di halaman Masjid Al Noor, dengan tenang dan penuh penghormatan, mendengarkan azan yang berkumandang. Aksi tersebut adalah dukungan warga nonmuslim di Selandia Baru, khususnya di kota Christchurch, terhadap warga minoritas muslim bahwa kebebasan beragama setiap entitas di kota itu terjamin. Video lain menampakkan sejumlah warga nonmuslim yang berjaga melindungi umat muslim yang sedang menjalankan ibadah salat.

Sebelumnya, sesaat setelah kejadian, juga viral sebuah video yang memberitakan seorang perempuan paruh baya yang menolong beberapa korban yang tertembak di Masjid Al Noor untuk dilarikan ke rumah sakit agar segera mendapatkan penanganan lebih lanjut dari tim medis.

Saat ini, pelaku penembakan di Masjid Al Noor serta empat orang terduga teroris penembakan di Christchurch lainnya, sudah dibekuk dan diamankan oleh pihak berwajib. Pelaku diduga merupakan anggota kelompok ekstrem-kanan anti-imigran, anti-Islam. Dilaporkan sejumlah media massa bahwa si pelaku pernah menulis semacam manifesto yang isinya menunjukkan kebenciannya terhadap para imigran, serta orang-orang muslim. [ANM]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *