Al Noor mosque shootings survivor Farid Ahmad whose wife Husna was killed, is greeted by a well-wisher in Christchurch on March 17, 2019. | Photo Credit: AFP
Home Berita Belajar Kasih Sayang dari Korban Tragedi Christchurch
Berita - Pilihan Redaksi - 15/04/2019

Belajar Kasih Sayang dari Korban Tragedi Christchurch

Penyintas teror penembakan di Christchurch, Selandia Baru pada 15 Maret 2019 lalu, telah memaafkan pelaku. Sikap penyintas tersebut merupakan perbuatan mulia yang layak dijadikan inspirasi di tengah berbagai situasi tak damai yang terjadi di berbagai belahan dunia.

“Saya ingin menyampaikan pesan kepada orang yang telah melakukan ini, atau jika ia memiliki teman yang juga berpikir seperti ini, ‘Saya masih menyayangimu dan saya ingin memeluk kamu serta bertemu ibu kamu, dan menganggapnya sebagai bibi saya juga.” Demikian Farid Ahmed, korban aksi penembakan massal di Masjid Al-Noor Christchurch, mengatakan kepada media. Imigran asal Bangladesh yang sudah bertahun-tahun menetap di Selandia Baru itu, mengalami luka tembak di bagian kakinya. Ia bersyukur masih bisa selamat dari aksi teror tersebut, kendati istrinya, Hosne Ahmed (44) meninggal dunia diberondong peluru oleh pelaku.

Selandia Baru merupakan negara yang terkenal tenang, damai, dan sangat nyaman untuk dihuni. Keragaman budaya dan agama juga sangat dijunjung tinggi di sana. Christchurch, sebuah kota di belahan pulau selatan negeri kiwi tersebut, bahkan menyandang gelar sebagai kota damai. Di kota itu terdapat banyak tempat ibadah dari berbagai macam agama. Di antaranya adalah Masjid Al-Noor dan Linwood Islamic Centre. Setiap Ramadan, dua masjid tersebut mengadakan iftar bersama, tak terbatas hanya untuk komunitas muslim tetapi juga terbuka untuk masyarakat umum. Sebutan sebagai kota yang damai dalam sekejap ternoda setelah terjadi peristiwa “Jumat kelabu”, penembakan brutal yang mengakibatkan 50 orang meninggal dan 34 lainnya luka-luka. Serangan yang dilakukan seorang ekstremis sayap kanan itu berlangsung saat umat muslim sedang menjalankan ibadah salat Jumat di kedua masjid.

Selain Farid Ahmed, terdapat korban teror Christchurch lainnya yang bernama Aden Diriye, imigran asal Somalia yang pindah ke Selandia Baru sejak 1990. Ia kehilangan anak laki-lakinya yang berumur 3  tahun, Mucad Ibrahim, akibat insiden tersebut. Bocah tak bersalah itu meregang nyawa setelah tertembus timah panas yang dilesakkan pelaku. Di balik kesedihan tak berperi karena kehilangan sang putra, Aden mengaku tidak menyimpan kebencian dan enggan mengutuk pelaku.

Aden justru menyampaikan pesan yang menggugah hati, bahwa dirinya serta minoritas muslim di Christchurch akan tegar dan tetap beribadah. “Saya sangat bahagia,” katanya saat diwawancara setelah salat. “Allahu Akbar. Saya telah kembali di masjid ini, dan kami segera bangkit kembali untuk beribadah,” lanjutnya.

Ucapan korban terorisme seperti yang dilontarkan Farid Ahmed dan Aden Diriye sungguh layak dicontoh. Sikap mereka menunjukkan bahwa memaafkan adalah sifat mulia yang hanya bisa dimiliki orang-orang istimewa. Dengan memaafkan, Farid dan Aden bisa menghadirkan kedamaian di hati sekaligus menghilangkan dendam. Keduanya menyadari bila kebencian dan dendam dipelihara, itu dapat memicu kekerasan serupa yang telah menjadikan merenggut nyawa orang-orang terkasih mereka.

Ungkapan hati dari Aden dan Ahmed yang kehilangan anggota keluarganya akibat serangan brutal itu sangat luar biasa. Dengan memaafkan, mereka ingin menunjukkan bahwa Islam yang mereka yakini menganjurkan untuk memaafkan dan menyanyangi sesama manusia.

Pasca tragedi Christchurch, gelombang solidaritas keprihatinan dan empati kepada para korban mengalir dari berbagai pihak. Sepekan setelah penembakan, sekitar 3.000 orang yang terdiri dari berbagai elemen masyarakat berkumpul di sebuah taman sebagai bentuk dukungan kepada komunitas muslim bahwa kebebasan beragama mereka terjamin di Selandia Baru. Aksi tersebut juga menandai dibukanya kembali Masjid Al-Noor dan Linwood Islamic Centre usai direnovasi menyusul serangan teror sepekan sebelumnya. [TH]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *