“Semua Ini Atas Kehendak Allah”
Aliansi Indonesia Damai- Setiap peristiwa yang terjadi acap kali meninggalkan pesan dan kesan. Sebagaimana serangan bom terorisme yang terjadi di depan Kedutaan Besar Australia di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan pada 9 September 2004 silam. Peristiwa itu masih membekas dalam diri korban, salah satunya Mulyono. Ia adalah saksi sekaligus korban peristiwa itu. Ia mengalami luka parah di bagian rahang bawahnya. Mulyono harus menempuh masa pengobatan yang lama, kurang lebih selama dua tahun. Ia menjalani perawatan, operasi, serta pemulihan fisik dan trauma secara intensif hingga ke Singapura dan Australia.
Mulyono mengisahkan pengalamannya itu kepada para jurnalis media massa dalam forum kegiatan yang diselenggarakan Aliansi Indonesia Damai (AIDA) di Surabaya pada Oktober 2014.
Ketika seseorang telah berencana dan ternyata Allah merencanakan hal yang lain, maka hal tersebut merupakan kehendak Allah kepada hambaNya. Semua kejadian yang telah berlangsung, tidak dapat dihindarkan, dan tidak pula dapat diketahui sebelumnya. Sebagai seorang muslim, Mulyono mengaku menerima takdir yang telah ditetapkan Allah Swt.
Pada hari kejadian, Mulyono hendak menghadiri pertemuan untuk keperluan kantor tempatnya bekerja di daerah Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Ia berangkat menggunakan mobil, melintas di Jl. HR Rasuna Said kawasan Kuningan, Jakarta sekitar pukul 09.20 WIB. Ia tidak menyangka akan terjadi peristiwa mengerikan. Sebuah ledakan yang sangat besar tiba-tiba terjadi. Seketika mobilnya serta banyak kendaraan lain yang melintas di jalan itu berhenti melaju. Setelah asap tebal secara berangsur menghilang, ia melihat keadaan sekitar sangat kacau, rusak porak-poranda. Banyak darah berceceran, dan potongan tubuh manusia yang hancur tersebar di jalan. Pohon dan tanaman di sekitar lokasi juga rusak.
Ia merasa semua yang terjadi merupakan ketetapan Allah Swt. “Memang pada saat kejadian tersebut saya memiliki rencana, namun Allah yang menentukan sehingga menyadarkan saya bahwa ini semua merupakan kehendak Allah,” ujarnya.
Mulyono menuturkan bahwa ia tidak memiliki firasat apa pun pada hari tersebut. Ia belum menyadari bahwa bagian rahangnya telah hancur saat ia keluar mobil dan meminta bantuan dari orang-orang di lokasi. Ia sempat terheran mengapa beberapa orang histeris dan enggan mendekat atau menolongnya. Belakangan, setelah ditolong seorang pemotor untuk diantarkan ke rumah sakit, ia baru sadar bahwa luka di rahangnya sangat serius.
Setelah sempat mendapatkan penanganan pertama di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, ia lalu dipindahkan ke Singapura untuk pengobatan yang lebih intensif. Ia dirawat di sana sekitar empat bulan. Pascaoperasi ia masih harus mengikuti rawat jalan bolak-balik Jakarta-Singapura. Hasil rekonstruksi rahang di Singapura mengharuskannya menjalani operasi ulang di Australia. Selama masa rekonstruksi rahang itu ia merasakan sakit yang luar biasa. Terutama, ketika dokter memasukkan selang dari hidung ke lambung untuk memasukkan asupan makanan.
Terkait biaya pengobatan, ia mengaku perusahaan tempatnya bekerja serta pemerintah Australia yang menanggungnya. Pihak pemerintah Indonesia, seingatnya hanya memberikan sumbangan senilai 5 juta rupiah.
Setelah sakit yang dideritanya berangsur sembuh, Mulyono memilih untuk ikhlas menerima takdir, kemudian berjuang agar bisa bangkit dari musibah itu. Ia mengaku semangatnya untuk melanjutkan kehidupan karena terdorong atas rasa cintanya kepada keluarga.
Belasan tahun setelah peristiwa Bom Kuningan menimpanya, ia dipertemukan dengan mantan pelaku terorisme oleh AIDA. Meskipun tidak instan, ia berusaha memaafkan mantan pelaku yang juga telah bertobat dari dunia terorisme. Ia mengaku telah menjadikan peristiwa yang menimpanya sebagai pembelajaran bagi dirinya, sehingga dari situ ia bisa secara berangsur berdamai dengan orang-orang yang pernah terlibat paham terorisme.
Atas semua kejadian yang telah menimpa dirinya, Mulyono mengaku semakin sadar dan yakin akan keberadaan dan kebesaran Allah. Ia yang Maha Kuasalah yang berkehendak atas semua yang terjadi. Mulyono percaya, setiap cobaan yang terjadi dalam hidup merupakan bukti bahwa Allah ingin menjadikan hamba-Nya lebih kuat dan lebih dekat kepada-Nya. Karena itu, ia mengaku menerima segala takdir-Nya. “Allah berkata hingga dua kali, setiap ada kesusahan pasti ada kemudahan,” ujarnya mengutip ayat Alquran dalam Surat Al-Insyirah ayat 4 dan 5. [CN]