Generasi Tangguh MAN 2 Serang Siap Sebarkan Perdamaian
“Saya mendapatkan pelajaran berharga dari kisah korban dan mantan pelaku kekerasan. Kisah mereka mengajak kita untuk berhati-hati dan selalu menjaga perdamaian.”
Siswa MAN 2 serang
ALIANSI INDONESIA DAMAI – Itulah kesan yang disampaikan seorang siswa MAN 2 Serang, Banten setelah mengikuti kegiatan Dialog Interaktif bertema “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” yang diselenggarakan Aliansi Indonesia Damai (AIDA) di Kota Serang akhir Januari lalu.
Dalam kegiatan Dialog Interaktif di MAN 2 Serang itu, puluhan siswa-siswi menyimak dengan saksama kisah yang diceritakan oleh Muhammad Nurman Permana, salah seorang korban aksi terorisme di Jl. MH Thamrin Jakarta Pusat 14 Januari 2016 silam. Saat peristiwa nahas tersebut, Permana baru pulang dari gerai sebuah penyedia layanan seluler yang terletak di Pusat Perbelanjaan Sarinah bersama kerabatnya, Agus Kurnia, yang juga menjadi korban dari aksi teror itu.
Begitu terkejutnya Permana saat sedang berjalan tiba-tiba terjadi ledakan yang cukup dekat darinya. Sontak ia berlari menjauhi titik ledakan tanpa sadar bahwa serpihan benda asing akibat ledakan mengenai tubuhnya. Ia baru menyadari lukanya setelah rasa nyeri mendera, dan bercak darah sudah memerahkan pakaiannya. Pengobatan luka serta pemulihan trauma yang penuh tantangan pun harus ia jalani. Meskipun tak mudah, ia mengaku bisa semakin kuat dan terus berusaha untuk bangkit.
Di hadapan para siswa, Permana menceritakan kisah kebangkitannya dari trauma dan rasa sakit yang diakibatkan aksi terorisme. Menurutnya, tidak mudah untuk bangkit dari musibah itu. Pasalnya, lebih dari enam bulan ia melakukan perawatan medis untuk menyembuhkan luka dan rasa sakit akibat benda tajam yang menembus di bahu kiri belakang tubuhnya. Masa-masa perawatan itu baginya tidaklah sebentar, serta cukup menyita waktu, tenaga, dan pikirannya dari berbagai aktivitas positif yang mestinya ia lakukan.
Setelah melewati masa penyembuhan itu, secara perlahan ia mulai belajar untuk melampaui kesedihan dan penderitaan. Kini, Permana terlibat dalam kampanye perdamaian di kalangan siswa yang diinisiasi oleh AIDA. Ia berharap agar tidak ada lagi korban seperti dirinya yang mengalami aksi kekerasan terorisme.
Sementara itu, narasumber lain dalam Dialog Interaktif, Kurnia Widodo, salah seorang yang pernah terlibat dalam jaringan terorisme, juga mengisahkan pengalamannya hijrah dari dunia kekerasan terorisme menuju jalan perdamaian. Ia mengaku, dirinya dulu sempat terjebak dalam pemahaman keagamaan yang ekstrem dan mendukung kekerasan terorisme karena pengaruh pertemanan. Dari itu, ia mengimbau para siswa peserta Dialog Interaktif untuk bijak dalam menjalin pertemanan, sekaligus mewaspadai ajakan yang menjurus ke arah dukungan terhadap kelompok-kelompok yang melegalkan terorisme.
Puluhan siswa terlihat antusias dan partisipatif dalam Dialog Interaktif “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” pagi itu. Hal itu tampak seusai kegiatan, di mana salah seorang siswa mengaku mendapatkan pembelajaran berharga dari kisah Permana dan Kurnia Widodo. Bahkan, ia menyatakan siap menyebarluaskan semangat perdamaian di lingkungannya, secara khusus kepada para kerabat di keluarganya. Ia menegaskan akan memulai pesan perdamaian itu dari lingkup kecil hingga besar, diawali dari keluarga, menjalar ke teman-temannya di sekolah, kemudian meningkat ke lingkungan sekitar.
Menurutnya, karena terorisme adalah pemahaman yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan, maka ia merasa berkewajiban untuk mengajak anggota keluarganya agar bersemangat melestarikan perdamaian. “Dari kisah pengalaman hidup korban dan mantan pelaku terorisme, kita bisa belajar dari kisah mereka agar mencintai perdamaian. Terutama saat memahami secara nurani nilai-nilai perdamaian berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan. Saya akan menyebarkan pesan perdamaian seperti tidak membalas kekerasan dengan kekerasan, dan pesan perdamaian ini akan saya sebarkan di kalangan teman, keluarga, dan lingkungan,” ujarnya.
Di samping mendapatkan pembelajaran dari kisah korban dan mantan pelaku kekerasan, para siswa MAN 2 serang juga mengaku memperoleh tambahan wawasan agar menumbuhkan nalar kritis serta kebijakan baik dalam berteman maupun dalam memahami pesan agama.
“Kita belajar memaafkan, dari kisah korban yang memaafkan pelaku terorisme. Saya belajar untuk ikhlas menerima keadaan, dan pembelajaran agar terhindar dari paham terorisme. Dari kegiatan tersebut, saya juga belajar untuk bersifat kritis lagi dengan paham kekerasan. Pesan Ini akan saya sampaikan kepada teman-teman agar berhati-hati dalam memilih aliran-aliran yang mendatangkan keburukan,” kata dia. [FS]
1 Comment