Keluarga Korban Bom Sri Lanka - Image Reuters
Home Berita Duka Korban Serangan Bom Sri Lanka
Berita - 30/04/2019

Duka Korban Serangan Bom Sri Lanka

ALIANSI INDONESIA DAMAI – Serangan teror bom bunuh diri yang paling besar dalam tahun ini terjadi pada Minggu (21/4/2019) di Sri Lanka. Aksi keji tersebut menyasar tiga hotel dan tiga gereja. Serangan yang terjadi bertepatan dengan perayaan Paskah tersebut menewaskan 253 orang dan 500 lainnya terluka.

Tiga gereja yang menjadi sasaran adalah Gereja St. Anthony di Kolombo, Gereja St. Sebastian di Negombo, dan Gereja Zion di Batticalcoa. Adapun hotel bintang lima yang juga disasar teroris yaitu Shangri La, Cinnamon Grand, dan Kingsbury.

Para korban berasal dari 12 negara. Sebagian besar korban jiwa adalah warga Sri Lanka, dan sedikitnya 31 turis mancanegara terbunuh dalam serangan tersebut. Seperti dilansir CNN, delapan korban berkewarganegaraan Inggris, dua di antaranya memiliki dua kewarganegaraan, Inggris dan AS. Kemudian, tiga orang berkewarganegaraan India, dua warga Australia, dua orang bersaudara warga Tiongkok, satu orang berasal dari Belanda, dua orang berkewarganegaraan Turki, dan seorang warga Portugal. Angka-angka tersebut masih bisa bertambah jika para korban luka yang dirawat di rumah sakit tidak terselematkan.

Serangan itu menyisakan kesedihan bagi para korban. Salah satu di antaranya, Anusha Kumari (43) warga Sri Lanka yang selamat dari serangan di Gereja St. Sebastian Negombo. Selain menderita luka di wajah, dia harus kehilangan 3 anggota keluarganya, yaitu suami dan kedua anaknya bernama Dulakghi dan Vimukthi. Meski serangan itu menewaskan keluarganya, wanita itu menunjukkan ketegaran dan enggan menampakkan kebencian. “Kamu tidak akan mempercayainya, bahwa saya mempunyai keluarga yang sempurna, selama 24 tahun menikah suami saya dan saya tidak pernah berdebat, dan kami berempat tidur dalam satu ruangan, sekarang saya telah kehilangan semuanya,” ungkapnya saat diwawancara Aljazeera pada Minggu (28/4/2019).

Seluruh anggota dari satu keluarga inti meninggal dunia menjadi korban teror Minggu kelabu di Sri Lanka. Mereka adalah Berlington Joseph Gomez (33), istrinya Chandrika Arumugam (31), dan ketiga anak mereka, yaitu Bevon (9), Clavon (6), dan Avon (11 bulan). Satu keluarga itu tewas di Gereja St. Anthony saat sedang mengikuti misa. Raut kesedihan dan tangisan terpancar pada wajah ayah Berlington yang bernama Josep Gomez saat di pemakaman anak, menantu, dan cucu-cucunya. “Semua keluarga, semua keturunan saya hilang,” ungkapnya pada minggu AFP (28/4/2019).

Seorang chef ternama di Sri Lanka, Shanta Mayadune, dan putrinya yang bernama Nisanga Mayadune, menjadi korban tewas dalam serangan di Hotel Shangri-La. Beberapa menit sebelum bom meledak di hotel tersebut, sang putri mempublikasikan foto keluarga yang sedang makan bersama di akun Facebook-nya dengan menambahkan kata-kata, “Sarapan Bersama Keluarga”. Setelah diketahui keduanya menjadi korban tewas, Manik Mayadune, salah satu anggota keluarganya, membuat tulisan di Facebook yang berbunyi, “Tidak ada kata yang bisa menggambarkan. Mereka mencintai keluarga lebih dari siapa pun, dan saya selalu bangga telah menjadi bagian dari keluarga mereka,” ujarnya sebagaimana diberitakan Aljazeera.

Selain korban asal Sri Lanka, ledakan pada Minggu Paskah itu, memakan korban dari warga Inggris yang menetap di Singapura, Anita Nicholson. Wanita 42 tahun yang berprofesi sebagai pengacara perusahaan tambang itu meregang nyawa beserta kedua anaknya, Alex (14) dan Annabel (11). Ketiganya tewas saat terjadi ledakan di Hotel Shangri-La. Suami Anita, yaitu Ben Nicholson, menjadi satu-satunya dari keluarga itu yang selamat. Saat menggelar jumpa pers dia berkata, “Dengan belas kasih Tuhan, semua tiga keluargaku meninggal dengan cepat dan tidak ada yang bisa menggambarkan musibah itu. Saya sangat sedih kehilangan istri dan anak. Anita merupakan seorang istri yang sempurna, menakjubkan, pintar, dan ibu yang cerdas, mencintai anak-anaknya, sertu penuh inspirasi,” katanya seperti dikutip BBC.   

Peristiwa ini mendapat respons dari komunitas muslim moderat di Sri Lanka. Dalam petikan wawancara dengan Aljazeera, salah seorang imam, Akurana Muhandramlage Jamaldeen Mohamed berkata, “Para penyerang bukan Musllim. Islam tidak seperti ini, ini perilaku binatang. Kita tidak punya kata untuk mengutuk mereka.”

Pemerintah Sri Lanka melalui juru bicaranya, Rajitha Senaratne, yang juga menjabat sebagai Menteri Kesehatan, menyampaikan Negara akan bertanggung jawab kepada para korban pada Senin sore (22/4/2019) waktu setempat. Setiap keluarga dari korban nantinya mendapatkan santunan sebesar satu juta rupee Sri Lanka atau setara 5.722 dolar AS, atau 80 juta rupiah. Selain itu, Sri Lanka juga memberikan bantuan biaya pemakaman sebesar 100 ribu rupee Sri Lanka atau sekitar Rp8 juta. Adapun korban luka-luka mendapatkan santunan sekitar 570 hingga 1.717 dolar AS. “Semua kerusakan yang timbul juga akan diperbaiki oleh pemerintah.” Demikian kata Seranatne seperti dilansir the Sunday Times. Dikutip dari CNN, ia menambahkan, “Pemerintah Sri Lanka meminta maaf sebesar-sebesarnya kepada keluarga dan berbagai institusi atas kejadian ini.” Ia menegaskan bahwa para korban akan diberikan kompensasi dan gereja serta bangunan yang rusak akan dibangun kembali.

Empati kepada para korban rentetan aksi teror di Sri Lanka mengalir dari berbagai pemimpin dunia. Tak terkecuali Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo. Melalui akun resmi media sosialnya, Presiden mengatakan, “Ïndonesia mengecam keras serangan bom di beberapa tempat di Sri Lanka, hari ini. Atas nama seluruh rakyat Indonesia, saya juga menyampaikan duka cita yang mendalam kepada Pemerintah Sri Lanka dan seluruh keluarga korban. Semoga korban yang luka-luka dapat segera pulih.” [TH]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *