Puasa dan Perdamaian - Tajuk Aliansi Indonesia Damai Bulan Mei
Home Tajuk Puasa dan Perdamaian
Tajuk - 10/05/2019

Puasa dan Perdamaian

Sejarah peradaban Islam mencatat, beberapa peristiwa penting terkait perdamaian terjadi pada bulan puasa. Di antaranya, pertama, ayat Alquran diwahyukan pertama kali kepada Nabi Muhammad Saw. -sebagai pedoman dan petunjuk menjalankan kehidupan bagi umat manusia- pada bulan ini (QS. 2: 185). Alquran itu sendiri kemudian menjadi rujukan utama umat Islam di seluruh dunia untuk mewujudkan kehidupan yang damai. Bahkan, kerasulan Muhammad Saw. pun bertujuan sebagai rahmat bagi sekalian alam (QS. 21: 107).

Kedua, Fathu Makkah (pembebasan Mekah) yang terjadi pada 630 M atau bertepatan pada tanggal 10 Ramadan tahun 8 H. Rasulullah Saw. bersama pasukan muslim bergerak dari Madinah menuju Mekah, dan membebaskannya dari penguasa Quraisy dengan damai, tanpa ada pertumpahan darah.

Dengan belas kasihnya yang luas, beliau memaafkan dan membebaskan orang-orang yang pernah memusuhi dakwah Islam. Nabi Saw. menjamin keamanan setiap orang di kota suci itu. “Siapa yang masuk ke rumah Abu Sufyan maka ia aman, siapa yang menyerahkan senjatanya, ia aman, dan siapa yang menutup pintu rumahnya, maka ia aman.” Demikian ucapan beliau yang populer ketika memasuki Mekah (lihat Sahih Muslim, hadis No. 1780). Padahal, dalam sejarahnya, Abu Sufyan merupakan seorang pembesar Quraisy yang sangat keras menampakkan permusuhan kepada Nabi dan umat Islam.

Ketiga, adalah hari kemerdekaan Republik Indonesia yang bertepatan pada bulan Ramadan 1364 H. Dalam bayang-bayang penjajahan Jepang serta ancaman kembalinya penjajah Belanda yang membonceng Sekutu, para pendiri bangsa kita memproklamirkan Indonesia sebagai negara yang merdeka. Sikap para pendiri bangsa terkait perdamaian sangat jelas tertuang dalam mukadimah konstitusi kita, Undang-Undang Dasar 1945. Di sana tertulis, “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.” Di samping itu, disebutkan bahwa salah satu tujuan pendirian negara Indonesia adalah “ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.”

Peristiwa-peristiwa bersejarah tersebut menjadi bukti keistimewaan Ramadan. Disebut istimewa karena semangat puasa -yang diwajibkan kepada setiap orang beriman pada bulan tersebut- mendorong terwujudnya perdamaian di tengah kehidupan manusia. Terkhusus bagi umat muslim, semangat Ramadan sudah semestinya mewujud menjadi semangat untuk menyuburkan perdamaian. Agama Islam sendiri secara kebahasaan berasal dari kata salam yang berarti perdamaian.

Dalam sebuah riwayat hadis, Nabi Muhammad Saw. mengatakan, “Apabila satu di antaramu berpuasa, maka jangan berkata kotor lagi kasar. Bila ada yang mencela atau memusuhi, hendaknya berkata: saya sedang berpuasa.” Nasihat Rasulullah tersebut mengandung makna yang dalam, yang menganjurkan kepada setiap yang berpuasa agar menahan diri sekaligus menjaga kedamaian. Ramadan menjadi bulan yang penuh berkah, pengampunan, dan perdamaian di mana umat Islam di seluruh negara berlomba dalam amal kebaikan, dengan menjalankan puasa dan mengharap ampunan dari Allah Swt.

Dengan ibadah puasa, manusia diuji sejauh mana mampu mengambil hikmah dan hakikat dari kehidupan, tak terkecuali anjuran untuk melestarikan kedamaian. Oleh karena itu, membangun dan mengukuhkannya harus senantiasa diprioritaskan. Selamat Menunaikan Ibadah Puasa Ramadan 1440 H, dengan penuh kasih sayang dan kedamaian.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *