Home Berita Korban Teror di Christchurch Sebut Haji Bantu Pulihkan Luka
Berita - 26/07/2019

Korban Teror di Christchurch Sebut Haji Bantu Pulihkan Luka

Aliansi Indonesia Damai – Sebanyak 200 orang yang terdampak aksi teror penembakan di Christchurch diundang Raja Arab Saudi untuk pergi ke Mekah guna melakukan ibadah haji tahun ini. Seorang korban bernama Temel Atacocugu -yang selamat setelah tertembak 9 peluru dalam serangan di Masjid Al Noor Christchurch- menyambut positif undangan Raja Salman bin Abdulaziz. Ia meyakini bahwa beribadah haji bisa membantu penyembuhan lukanya.

Temel mengatakan, ia akan berangkat haji ditemani seorang kemenakannya. Berziarah ke Tanah Suci ia yakini bisa membantu pemulihan fisiknya yang meskipun berjalan lambat namun stabil. “Pergi berhaji akan membantu saya secara spiritual dan mental,” katanya seperti dikutip Stuff.co.nz.

Sebelumnya, pekan lalu pemerintah Arab Saudi memberikan pernyataan akan membiayai perjalanan haji para korban atau keluarga korban serangan teror di Christchurch, Selandia Baru. Dilansir dari kantor berita Saudi Press Agency, Menteri Agama, Sheikh Abdullatif bin Abdulaziz Al-Asheikh, mengatakan bahwa menjamu keluarga-keluarga tersebut adalah bagian dari upaya negaranya untuk menghadapi dan mengalahkan terorisme dalam segala bentuknya.

Undangan haji ini sangat disyukuri Temel. Ia belum pernah ke Mekah sebelumnya, dan sudah lama bercita-cita menjalankan ibadah haji. Biaya sekitar 15 ribu dolar yang diperlukan untuk berhaji dari Selandia Baru, bagi banyak warga bukanlah jumlah yang sedikit.

Temel ialah satu dari puluhan orang yang menjadi korban penembakan brutal di dua masjid di kota Christchurch pada Jumat (15/3) lalu. Sebanyak 50 orang tewas, sementara 49 lainnya terluka akibat aksi teror yang dilakukan seorang ekstremis sayap kanan.

Mantan tentara dari Turki ini tak menyangka perantauannya ke Selandia Baru untuk membuka bisnis kebab bersama temannya harus menghadapi teror yang mengerikan. Sembilan peluru bersarang di tubuhnya akibat tembakan membabi buta pelaku.

Berbicara kepada stuff.co.nz, Temel dengan berat hati menceritakan kronologi peristiwa yang menimpanya. Pada hari kejadian, dia berangkat ke Masjid Al Noor, Christchurch untuk ibadah salat Jumat.

Saat Temel sedang berdiri di dalam masjid pelaku datang dengan menenteng senjata, lalu langsung melepaskan tembakan membabi buta ke arah jemaah. Imigran asal Turki melihat secara langsung pelaku mengarahkan senjatanya ke kepalanya.

Temel Atacocugu

Tembakan pertama meleset, hampir mengenai dahi Tamel. Tembakan kedua mengenai mulut dan pelurunya bersarang di rahangnya. “Saya beruntung pelurunya mengenai mulut. Bisa saja peluru itu mengenai dahi saya,” ungkapnya.

Sesaat kemudian, Temel berlari menjauh namun pelaku tak membiarkannya lolos. Tiga tembakan mengenai kaki Tamel. Seketika dia terjatuh. 

Tak menyerah, Temel berusaha bersembunyi di bawah tubuh korban yang sudah tergeletak. Ternyata, pelaku mendekatinya dan melesakkan 3 peluru ke lengan kirinya.

Temel memejamkan matanya pura-pura meninggal. Dia berharap pelaku terkelabui dan pergi meninggalkan masjid.  

Saat memejamkan mata itu Temel mendengar jelas suara lirih tangisan korban lain di sekelilingnya. Namun, satu persatu mulai tak terdengar suaranya. Dalam hati ia berpikir, mereka sudah meninggal. 

Dalam situasi tak berdaya itu perasaan takut berkecamuk di dalam hati Temel. Di satu sisi, dia ingin  menolong orang-orang, namun di sisi lain ia sadar bahwa itu tak mungkin lantaran situasinya masih mencekam. 

Beruntung, setelah Temel memejamkan mata beberapa menit, penembakan berhenti. Ke mana perginya pelaku, ia tidak tahu. Yang terjadi kemudian banyak aparat kepolisian datang dan membawa korban ke rumah sakit, termasuk dirinya.

Setelah kejadian nahas itu Temel dirawat dirumah sakit selama sebulan. Pada 16 April 2019 dia diperbolehkan pulang.

Akibat tembakan yang diterimanya, lengan kiri Temel tidak bisa digerakkan dengan sempurna karena otot sarafnya rusak. Dia mengalami trauma berat yang mengharuskannya menjalani konseling ke psikolog sampai sekarang.

Temel merasa beruntung nyawanya masih selamat. ”Saya yakin Allah telah menyelamatkan hidup saya,” tuturnya.Meski terluka dan trauma, Temel tidak dendam terhadap pelaku, bahkan sudah memaafkan. Dia menyadari manusia tidak ada yang sempurna. “Saya memafkan kesalahannya, saya percaya setiap manusia pasti pernah berbuat salah,” katanya. [TH]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *