Amar Ma’ruf Nahi Munkar dalam Bingkai Perdamaian
Aliansi Indonesia Damai- Seorang alumni kegiatan Pelatihan Pembangunan Perdamaian Aliansi Indonesia Damai (AIDA), H. Badru Tamam Ahda mengaku, banyak mendapatkan pembelajaran (ibroh) dari perjumpaannya dengan seorang mantan pelaku terorisme dan mendengarkan kisah hidupnya beberapa waktu lalu.
Salah satunya Ahda mengetahui ajaran agama yang kerap disalahpahami kelompok ekstrem yaitu tentang amar ma’ruf nahi mungkar. Dalam pemahaman kelompok ekstrem, ajaran mengubah kemungkaran hanya bisa dilakukan dengan tangan seperti penyerangan atau cara-cara kekerasan lainnya. Menurut Ahda, narasi tersebut memang perintah untuk mengajak kepada yang ma’ruf dan mencegah kemungkaran.
Baca juga Ketua MUI Pusat Ajak Muslim untuk Menjaga Kedamaian
“Kelompok radikal mengartikan ajaran tersebut sebagai pokok agama, apabila tidak mempraktekannya maka ia telah keluar dari agama. Mereka tidak paham karena sebenarnya perintah tersebut ditujukan kepada orang yang mampu yaitu aparat yang berwenang,” ujar Ahda.
Dalam kegiatan Pengajian dan Diskusi Film “TANGGUH” yang bekerja sama dengan Perhimpunan Remaja Masjid, Dewan Masjid Indonesia Kota Mataram, pada 9 Agustus lalu, Ahda pun menambah ibroh dari kisah korban dan mantan pelaku terorisme. Menurutnya, kisah korban dan mantan pelaku terorisme bisa dijadikan pelajaran bagi generasi mendatang.
Baca juga Pentingnya Melestarikan Perdamaian di Lombok
“Jika tidak ada Film ‘TANGGUH’, kita tidak paham dan mengetahui betapa dahsyatnya dampak bom, bisa membuat orang buta, cacat, meninggal dunia hingga masalah perekonomian,” ujar Ahda.
Belajar dari pengalaman mantan pelaku, kata Ahda, mereka terpengaruh doktrin ekstrem maupun kekerasan karena faktor pertemanan dan keluarga. Ia mencontohkan, Ali Imron, Amrozi, Ali Ghufron hingga Ali Fauzi adalah satu keluarga yang pernah terdoktrin paham ekstrem. [F]
Baca juga Korban adalah Bukti Hidup Dampak Destruktif Terorisme