2 weeks ago

Lindungi Anak-anak dari Ekstremisme

Aliansi Indonesia Damai- Alumni kegiatan Pelatihan Pembangunan Perdamaian Aliansi Indonesia Damai (AIDA), Tuan Guru Saiful Bahrain mengajak para orang tua untuk mengawasi aktivitas anak dan lingkungannya untuk memastikan tidak mengakses informasi atau konten ekstremisme dan berinteraksi dengan jaringan kelompok ekstrem. Menurutnya, bila anak mengakses konten ekstremisme maka akan rentan dengan paham-paham ekstrem.

“Banyak orang tua yang kecolongan, tidak tahu menahu mengapa anaknya bisa melakukan aksi teror. Bahkan ada juga anak yang terpapar oleh orang tuanya sendiri. Jadi bapak-ibu harus senantiasa waspada akan konten-konten media sosial yang provokatif dan mengajak pada kekerasan,” ujar Bahrain dalam kegiatan Pengajian dan Diskusi Film “TANGGUH” di Pondok Pesantren Lukman Al-Hakim, Lombok Barat, akhir Juli lalu.

Bahrain mengungkapkan saat ini masih banyak masyarakat yang belum begitu mengenal dan memahami terorisme. Kasus tindak pidana terorisme, kata dia, berbeda dengan kasus pidana kriminal umum. Sebab aksi terorisme menebar rasa takut yang meluas kepada masyarakat.

“Banyak orang Indonesia yang rela menjual atau menghabiskan harta bendanya untuk berangkat ke Suriah bergabung dengan ISIS. Padahal mereka di Suriah tidak mendapatkan kehidupan yang mereka harapkan,” tandasnya.

Dalam kegiatan yang dihadiri sekitar 60 jamaah tersebut, Bahrain pun tak lupa mengajak umat Islam untuk memberikan kedamaian kepada orang lain dengan menjaga mulut dan tangannya agar tidak menyakiti siapa pun. Menurutnya, derita yang dialami korban terorisme menjadi bukti hilangnya esensi Islam yang harusnya memberikan kedamaian kepada sesama atau Islam rahmatan lil alamin

Dia menegaskan umat Muslim harus bisa menerima perbedaan karena sunnatullah. Di zaman Rasulullah Saw pun, kata dia, sudah ada perbedaan pendapat seperti dalam penentuan cara memanggil umat Muslim untuk salat. Hingga akhirnya diputuskan menggunakan azan. 

“Dalam bermazhab pun, umat Islam terdiri atas beberapa mazhab yang berbeda-beda, dan itu harus kita hormati dan terima. Gesekan antar kelompok terjadi akibat tidak mampu menghargai perbedaan,” tuturnya.[FAH]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *