Melawan Ketidakadilan secara Adil
Aliansi Indonesia Damai- Dalam sejarah dunia, aksi-aksi teror yang dilakukan oleh kelompok tertentu merupakan bentuk perlawanan terhadap ketidakadilan sosial dan politik. Gelombang pertama terorisme adalah gerakan anarki pada tahun 1880-1905 sebagai perlawanan terhadap rezim kapitalis. Gelombang kedua adalah gerakan antikolonialisme yang muncul pada 1930-1970.
Gelombang ketiga adalah gerakan new left yang terkenal dengan tentara merah. Gelombang terakhir adalah gelombang agama. Para pelaku menggunakan doktrin-doktrin agama sebagai justifikasi aksinya. Dalam konteks Indonesia, para teroris kerap mengutip ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad tentang peperangan. Padahal nyatanya Indonesia dalam kondisi damai.
Baca juga Lindungi Anak-anak dari Ekstremisme
“Gelombang ini terjadi karena mereka banyak mengambil ilmu namun salah mengartikan. Tidak melihat asbabun nuzul, disuruh membunuh mereka ikuti, dan lain-lain. Padahal Nabi bertetangga dengan kaum Yahudi, tidak ada masalah kecuali jika mereka mengganggu,” ujar Badru Tamam Ahda, alumni kegiatan Pelatihan Pembangunan Perdamaian dalam kegiatan Pengajian dan Diskusi Film “TANGGUH” yang diselenggarakan AIDA bekerja sama dengan Perhimpunan Remaja Masjid Dewan Masjid Indonesia Kota Mataram, pada awal Agustus lalu.
Menurut dia, seharusnya setiap upaya perlawanan terhadap ketidakadilan yang tujuannya adalah memperbaiki kondisi kehidupan manusia tidak dilakukan dengan cara-cara yang justru menimbulkan ketidakadilan baru. Contoh konkritnya adalah aksi-aksi terorisme mutakhir yang banyak mengakibatkan jatuhnya banyak korban tak bersalah. “Jangan kita ingin memperbaiki sesuatu dengan kekerasan atau melawan ketidakadilan dengan ketidakadilan,” katanya tegas.
Baca juga Ketua MUI Pusat Ajak Muslim untuk Menjaga Kedamaian
Dalam hemat Ahda, awal terjadinya perlawanan terhadap ketidakadilan adalah karena adanya penjajahan. Maka sangat tepat para pendiri bangsa menegaskan bahwa salah satu misi berdirinya Republik Indonesia adalah menghapuskan penjajahan dari muka bumi sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD RI 1945.
Kepada para peserta kegiatan yang didominasi oleh generasi muda, Ahda mewanti-wanti pentingnya mengambil pembelajaran dari aksi-aksi terorisme itu. “Sebagai seorang muslim harus menjadi rahmat bagi alam. Jangan sampai kita memprovokasi sehingga terjadi perpecahan. Jangan ada pemikiran radikal yang gampang memvonis kafir, membunuh, dan seterusnya,” ujarnya memungkasi paparan.[F]