Home Berita Bersatu untuk Indonesia yang Lebih Damai
Berita - 25/02/2016

Bersatu untuk Indonesia yang Lebih Damai

Generasi muda adalah garda terdepan dalam upaya melestarikan perdamaian di Indonesia. Bersama korban dan mantan pelaku terorisme, AIDA mengajak ratusan pelajar di Malang untuk menjaga kedamaian serta tidak terpengaruh ajakan kekerasan dan radikalisme.

Lima korban bersama salah seorang mantan pelaku aksi terorisme berdiri satu barisan menjadi Tim Perdamaian AIDA untuk mengajak generasi muda di Kota Malang mewujudkan Indonesia yang lebih damai. Mereka adalah Sudarsono Hadisiswoyo, Iwan Setiawan (korban bom Kuningan Jakarta, 9 September 2004), Tita Apriyantini (korban bom Hotel JW Marriott Jakarta, 8 Agustus 2003), Eko Sahriyono, Endang Isnanik (korban bom Bali I, 12 Oktober 2002), dan Ali Fauzi (mantan pelaku terorisme).

Ajakan tersebut mereka sampaikan dalam acara Dialog Interaktif “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” yang diselenggarakan AIDA di SMAN 1, SMAN 2, SMAN 3, SMAN 4, dan SMAN 5 Kota Malang pada 21-27 Agustus 2015. Para korban dan mantan pelaku bersinergi agar tidak ada lagi orang yang menjadi pelaku kekerasan atau korban terorisme.

Di hadapan para siswa, korban berbagi kisah tentang perjuangannya untuk bangkit dari keterpurukan akibat aksi terorisme. Begitu pula dengan mantan pelaku, ia bercerita mengenai perjalanan hidupnya sebelum terlibat aksi terorisme, pada saat aksi dan masa-masa sesudahnya.

Bagi para korban, mengungkapkan kembali “luka lama” yang perih dan menyakitkan di hadapan banyak orang bukan hal mudah. Namun, demi mengajak masyarakat luas menjaga perdamaian, mereka menyampaikan kisahnya dengan segala ketegaran, ketangguhan dan kelapangan jiwa. Kisah tersebut bukan untuk berbagi kesedihan melainkan untuk menjelaskan kepada generasi muda dampak dan bahaya aksi terorisme, sehingga mereka tergugah untuk tidak menggunakan kekerasan dalam menghadapi tantangan kehidupan. Bagi mantan pelaku, berbagi kisah sangat berguna untuk membimbing generasi muda agar tidak mengikuti paham keagamaan yang radikal atau ekstrem, serta bertentangan dengan nilai-nilai agama.

Selain berbagi kisah, korban dan mantan pelaku juga menyampaikan pesan perdamaian kepada anak muda untuk menjadi generasi tangguh dan cinta damai. Sudarsono, korban Bom Kuningan, mengajak para pelajar untuk mewujudkan kehidupan yang damai di mana pun. Ia menngingatkan bahwa kehidupan damai begitu indah, sedang kekerasan dan terorisme hanya menimbulkan kehancuran. “Saya tidak ingin ada orang lain yang menjadi korban terorisme,” kata dia yang pernah mengalami blank spot atau kehilangan memori selama beberapa waktu akibat ledakan bom.

Eko Sahriyono, korban Bom Bali 2002, juga mengemukakan hal senada. Ia meminta generasi muda menjauhi aksi kekerasan karena merugikan dan tidak menyelesaikan masalah. “Alangkah indahnya apabila kita hidup rukun bersama, damai dalam perbedaan, karena di dalam perbedaan itulah akan muncul keindahan. Mari kita menciptakan perdamaian,” ucapnya.

Menguatkan rekannya, korban bom JW Marriott, Tita Apriyantini, mengimbau generasi muda tidak menyalahgunakan ajaran agama untuk melukai atau menyakiti. “Makna beragama sesungguhnya adalah menebar kasih sayang dan saling mengasihi antarsesama. Tuhan pun tidak mengajarkan umat-Nya untuk melakukan kekerasan kepada sesama,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu, mantan pelaku aksi kekerasan, Ali Fauzi, meminta generasi muda mawas diri agar tidak terjerumus ke dalam jaringan kelompok kekerasan. Saat ini, kata dia, kelompok kekerasan menggunakan media sosial untuk menyebarkan ideologi dan merekrut anggota baru mereka.

“Hati-hati dalam memilih pertemanan di dunia maya. Sudah banyak anak muda yang direkrut kelompok kekerasan melalui media sosial. Hasil riset Marc Sageman menyatakan hampir 90% mereka yang bergabung dengan terorisme dikarenakan friendship (pertemanan) dan kinship (kekerabatan),” ujar Ali.

Dosen kajian Islam di salah satu perguruan tinggi swasta di Jawa Timur itu juga mengajak generasi muda untuk bersama-sama menjaga perdamaian, sebagaimana dirinya dan para korban terorisme menjadi duta perdamaian.

Korban terorisme dan mantan pelaku yang bersatu dalam Tim Perdamaian merupakan tim yang difasilitasi oleh AIDA. Sebelumnya, mereka bertemu dan berbagi pengalaman hidup masing-masing. AIDA mendukung mereka untuk bersatu membangun Indonesia yang lebih damai. (AS) [SWD]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *