Jeritan Hati
Jangan biarkan damai ini pergi
Jangan biarkan semua berlalu
Saat aksi terror merajalela
Nyawa seakan tak berharga
Tak akan pernah kulupa
Balitaku bertanya
Mama kenapa ayah gak pulang pulang?
Seorang anak bertanya pada ayahnya
Papa .. mama meninggal karena bom ya?
Hanya pelukan dan air mata yang bias kami lakukan waktu itu
Bagaimana hati kami tak teriris
Melihat saudara kami
Kehilangan bola matanya
Kehilangan sepasang kakinya
Pendengarannya…
Sekujur tubuh terbakar
Penderitaan yang takkan usai seumur hdup mereka
Wahai penebar lara
Inikah jihadmu??
Inikah surge yang kamu rindukan??
Tentu saja tidak!!
Tak akan pernah kezaliman berujung kebaikan
Semakin keras aksimu
Tak akan lelah kami suarakan
Perdamaian
Satu jiwa kami bersama
Satu rasa kami melangkah
Melawan benih kebencian dengan menabur
Virus-virus cinta
Damai negeriku
Damai Indonesiaku
Kami semua cinta damai..
……
Dps, 23 Januari 2016
Puisi “Jeritan Hati†ini ditulis oleh Ibu Endang Isnanik, beberapa hari setelah peristiwa Bom Thamrin terjadi. Puisi ini adalah wujud dari keprihatinannya yang mendalam terhadap aksi teror yang mengakibatkan orang-orang tak bersalah menjadi korban. Seperti yang pernah ia alami 14 tahun yang lalu, kehilangan suami tercintanya (alm) Aris Munandar, yang menjadi korban Bom Bali 2002. Sepeninggal suaminya, ia berupaya tegar serta tawakal dalam setiap langkah hidupnya. Dan bangkit menggantikan peran suami membesarkan ketiga putranya.