Home Berita Membina Kebersamaan, Memperkukuh Organisasi
Berita - 30/01/2017

Membina Kebersamaan, Memperkukuh Organisasi

Beberapa saat forum terasa hening, hanya dua orang yang berbincang interaktif. Seorang yang duduk membeberkan beberapa permasalahannya, dari persoalan pribadi dalam keluarga atau pekerjaan, hingga permasalahan dalam organisasi Yayasan Penyintas Indonesia (YPI). Orang yang berdiri mendengarkan dan mencoba menawarkan solusi yang tepat.

Suasana tersebut muncul dalam kegiatanWorkshop Penguatan Psikososial Penyintas Terorisme yang diselenggarakan oleh Aliansi Indonesia Damai (AIDA) di Hotel Sofyan Betawi, Jakarta, Sabtu (7/5/2016). Sosok yang berdiri ialah pakar psikologi dari Yayasan Pulih, Kristi Poerwandari. Sementara yang duduk adalah peserta workshop, pengurus YPI dari Jakarta dan Bali.

Dalam kegiatan bertema “Menuju Hidup yang Lebih Bahagia dan Berdaya” itu, Kristi berulang kali membuka kesempatan kepada 12 orang peserta untuk terbuka mencurahkan segala permasalahannya. Menurutnya, mengungkapkan masalah dapat mengurangi beban dalam pikiran dan batin seseorang secara signifikan.

Pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia itu menyampaikan dua materi dalam kegiatan tersebut, yaitu Masalah Sehari-hari dan Pengelolaannya, dan Bekerja Sama dengan Orang Lain. Materi pertama dimaksudkan untuk mengurangi beban permasalahan para penyintas yang bersifat pribadi. Di dalamnya, Kristi menjelaskan teknik menghadapi beragam permasalahan harian, khususnya di keluarga, yang acap kali mengakibatkan seseorang tertekan.

Secara umum Kristi menyarankan agar para peserta merespons secara positif segala permasalahan yang dihadapi. “Kunci hidup bahagia antara lain positive thinking, meluangkan waktu untuk beristirahat dan bersantai, serta memiliki hubungan sosial yang baik,” ujarnya.

Sementara itu, materi kedua difokuskan pada upaya menyelesaikan persoalan yang bersifat komunal, khususnya yang kerap muncul dalam sebuah organisasi. Psikolog senior itu mengajak peserta untuk mencurahkan segala permasalahannya yang bersifat sosial, terutama terkait dengan kerjasama antar pengurus YPI.

Saat proses curhat social ini, seluruh ganjalan yang menyumbat roda organisasi mulai terbuka dan ditemukan solusinya. Para peserta lantas diminta berdiskusi kelompok untuk menjawab pertanyaan tentang “Hal-hal yang harus dilakukan dan larangan dalam berorganisasi.”

Beberapa kata kunci yang muncul dari hasil diskusi antara lain kejujuran, menciptakan rasa kebersamaan, saling percaya, berpikiran positif dalam segala hal, saling menghargai, mendengar pendapat orang lain, gotong royong, menjalin komunikasi dan bersilaturahmi secara fisik, musyawarah, memahami dan menerima perbedaan, serta komitmen dan bertanggung jawab atas keputusan organisasi.

Direktur AIDA, Hasibullah Satrawi, mengatakan kegiatan ini merupakan bagian dari program mental supportyang dikhususkan bagi pengurus YPI. Dalam hematnya, pengurus YPI di satu sisi adalah penyintas terorisme, pada saat bersamaan mereka juga harus mendampingi para penyintas lain sebagai anggota YPI. Karena itu, kegiatan ini berusaha memperkuat aspek-aspek psikis mereka, baik yang bersifat personal maupun komunal.

Hasib berharap, penguatan tersebut mampu memberikan solusi atas tantangan yang akan dihadapi baik secara pribadi maupun keorganisasian. “Sehingga terbentuk sinergi yang kukuh antar pengurus dan lebih menggairahkan gerak YPI sebagai wadah para penyintas dalam misi membangun Indonesia yang lebih damai tanpa kekerasan,” ujarnya.

Ia menerangkan bahwa saat ini hak-hak korban terorisme mulai ramai diperbincangkan di ruang publik, terutama terkait revisi UU No. 15 Tahun 2003 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme yang sedang dibahas di parlemen. Ia mengajak YPI sebagai wadah korban terorisme terlibat aktif dalam proses revisi tersebut demi memperjuangkan hak-hak korban yang selama ini belum terpenuhi oleh negara.

Sementara itu Ketua YPI, Sucipto Hari Wibowo, berterima kasih kepada AIDA karena telah memberi kesempatan para pengurus untuk mengikuti kegiatan ini. “Semoga setelah acara ini, kita dapat menjalani hidup lebih bahagia dan berdaya. Soliditas internal sangat penting, supaya roda organisasi YPI bisa berjalan mulus,” kata dia dalam kegiatan.

Sebelum materi utama dari pakar psikologi, Deputi Direktur AIDA, LaodeArham, memandu peserta menjalani sesi menggali harapan. Dalam sesi tersebut para peserta menyatakan bahwa niat mereka hadir dalam kegiatan ini adalah bersilaturahmi sesama pengurus, membangun kerja sama dan kekompakan, serta memperkuat organisasi YPI.

Proses kegiatan selama sehari penuh dihiasi dengan dinamika keterbukaan dan keakraban antar peserta. Para penyintas berupaya menyatukan hati dan pikiran untuk memajukan organisasi yang mewadahi seluruh korban terorisme demi mewujudkan Indonesia yang lebih damai. (MSY)[SWD]

 

 

*Artikel ini pernah di muat di Newsletter AIDA “Suara Perdamaian” edisi IX Juli 2016.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *