Home Berita Bangkit Bersama Suarakan Perdamaian
Berita - 31/01/2017

Bangkit Bersama Suarakan Perdamaian

Suatu pagi di sebuah kedai kopi di Jalan MH Thamrin Jakarta Pusat, Nurman Permana datang dengan tangan gemetar. Raut mukanya penuh ketegangan dan matanya nampak berkaca-kaca. Beberapa rekannya mencoba menenangkan pemuda 25 tahun itu. Permana, begitu sapaan akrabnya, adalah salah satu korban Bom Thamrin satu tahun silam.

Meskipun satu tahun telah berlalu namun masih jelas dalam ingatan salah satu korban Bom Thamrin itu saat-saat ketika nyawanya terancam dalam ledakan bom dan baku tembakan para aparat keamanan dan kelompok teroris. Mendatangi kembali lokasi di mana dia mengalami aksi terror bagi Permana memerlukan keberanian yang ekstra besar.

Saat kejadian setahun yang lalu, Kamis 14 Januari 2016 sekitar pukul 10 pagi, dia tengah melintas di Jalan MH Thamrin bersama saudara angkatnya, Agus Kurnia. Mereka tidak menyangka serangan aksi brutal bom bunuh diri akan meledak di pos polisi yang terletak di tengah perempatan Mall Sarinah dan Gedung Cakrawala.

Ledakan itu membuat punggung Permana berdarah akibat terkena serpihan. Tak hanya itu, lengan kirinya mengalami fraktur atau patah tulang. Agus pun tak luput dari cedera. Ia mengalami kerusakan di gendang telinga dari ledakan bom yang terjadi hanya beberapa meter dari tempatnya berada saat itu.

Tepat setahun berlalu, Permana berusaha tegar bersama rekan-rekannya sesama korban Bom Thamrin menyelenggarakan aksi damai untuk memperingati peristiwa teror yang memakan 4 korban jiwa dari warga sipil itu.

Beberapa jam sebelum hadir di tempat aksi, Permana sempat mengurungkan niatnya turut serta dalam Peringatan 1 Tahun Bom Thamrin pagi itu. Tak mudah baginya mendatangi kembali sebuah tempat terjadinya peristiwa yang menggoreskan luka dalam sejarah hidupnya. Terlebih lagi, trauma akibat serangan terror terkadang masih dirasakannya hingga sekarang.

Dengan penuh pertimbangan Permana mencoba mengumpulkan segenap keberaniannya sehingga dapat hadir bersama kakak dan rekan-rekannya dalam komunitas Sahabat Thamrin, wadah pemersatu para korban aksi teror di Jalan MH Thamrin Jakarta. “Walaupun kejadian itu sudah satu tahun yang lalu, namun saya masih takut jika harus melewati lokasi kejadian tersebut,” ia mengungkapkan.

Pagi itu, 14 Januari 2017, berbeda dengan pagi satu tahun silam yang ramai dengan bising tembakan, ledakan bom, jerit ketakutan masyarakat dan rintihan para korban. Meski mendung dan sedikit gerimis, suasana keakraban di antara orang-orang yang pernah mengalami dampak aksi terorisme pagi itu membangkitkan semangat Permana dan rekan-rekan untuk bangkit dari kesedihan dan keterpurukan.

Sahabat Thamrin bersama Yayasan Penyintas Indonesia (YPI), lembaga perkumpulan para korban terorisme, bergabung dengan Aliansi Indonesia Damai (AIDA) dalam menyelenggarakan aksi simpatik Peringatan 1 Tahun Bom Thamrin pagi itu. Selain melakukan tabur bunga dan doa bersama di lokasi kejadian, para peserta menyampaikan sejumlah pernyataan sikap.

Di antara butir pernyataan sikap tersebut adalah ajakan kepada masyarakat luas untuk tidak membalas kekerasan dengan kekerasan serta tidak membalas ketidakadilan dengan ketidakadilan. AIDA, YPI dan Sahabat Thamrin juga mendorong negara untuk memberikan perhatian lebih dalam pemenuhan hak-hak korban berdasarkan Undang-Undang No. 15 Tahun 2003 Tentang Pemerantasan Tindak Pidana Terorisme.

Dalam kesempatan tersebut peserta aksi juga mendorong semua pihak agar senantiasa menjaga ketenteraman dan kedamaian serta menjunjung tinggi sikap saling menghormati dan toleran dalam kehidupan bermasyarakat yang majemuk. [SWD]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *