Home Berita Damai yang Mekar bak Dendrobium
Berita - 24/08/2017

Damai yang Mekar bak Dendrobium

Rany Khoirunnissa (17) sungguh gembira. Cerita pendek karyanya terpilih menjadi 23 cerpen bertema perdamaian, cinta, dan toleransi yang akan diterbitkan Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama. Melalui program Satu Juta Pelajar Menulis, IPNU ingin menumbuhkan semangat itu dalam diri pelajar.
Bersama teman satu sekolahnya, Pinka Ellena (17), Rany mengirimkan karyanya yang berjudul “He is a Ghost” untuk mengikuti program yang digelar Pimpinan Wilayah IPNU DKI Jakarta, Maret-April 2017. Karya Rany bisa dinikmati dalam buku kumpulan cerpen berjudul Dendrobium yang diluncurkan di Jakarta, pertengahan Agustus lalu. Hanya saja, karya Pinka belum lolos seleksi bersama lebih dari 500 cerpen lain yang diterima panitia.
“Ceritaku, imajinasiku, ekspresiku nanti bisa dibaca orang lain dan diapresiasi, pasti seneng banget. Enggak nyangka aja cerpenku bisa dibukukan,” ungkap Rany antusias.
Tema “Peace, Love, and Tolerance” sengaja dipilih panitia untuk menggelorakan kesadaran pelajar akan perlunya memelihara suasana damai dan toleransi. Setelah perhelatan Pilkada DKI Jakarta yang diwarnai isu intoleransi serta pertentangan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA), panitia menangkap kegelisahan anak muda dan pelajar di Jakarta mengenai kehidupan bermasyarakat dan lingkungan sekitar mereka.
Beberapa cerpen dalam buku Dendrobium bisa menggambarkan manisnya toleransi. Misalnya, cerpen berjudul “Empat Warna”, “Keberagaman di Negeriku Tercinta”, dan “Toleransi yang Berarti”.
“Empat Warna” karya Kumar Dwi Effendy menceritakan kegelisahan Lay Sinaga yang bersuku Batak kehilangan tiga kawannya, Abdur Rojak (Betawi), Ujang Iskandar (Sunda), dan Slamet Prihatin (Jawa). Lay Sinaga khawatir teman-temannya tidak akan mau bersahabat lagi dengannya karena dirinya beragama Kristen. Sinaga pun meminta pendapat dari Ustaz Tatang, guru mengaji tiga kawannya, mengenai hal itu. Di teras langgar (surau), Sinaga mendapat penjelasan dari Ustaz Tatang bahwa tidak ada larangan bagi orang Islam berteman dengan orang yang berbeda agama. Sinaga pun tak perlu khawatir akan kehilangan tiga sahabat karibnya itu.
Tema sederhana yang kerap ditemui pelajar dalam kehidupan sehari-hari juga dituangkan ke dalam cerpen “He is a Ghost”. Mengambil tema perundungan (bullying) yang kerap dialami pelajar di sekolahnya, simpati Rany jatuh pada tokoh rekaannya bernama Nadira Lilyana Damayanti.
Nadira gandrung dengan K-Pop. Ia gemar bernyanyi keras-keras di kelas sampai-sampai “kegilaannya” pada K-Pop itu menjadi alasan Nadira dijauhi teman-temannya. Ia pun mulai diganggu teman-temannya. Sampai pada suatu ketika, Nadira bertemu dengan hantu laki-laki yang kemudian menjadi teman dekatnya.
“Berbeda dengan teman-temannya, hantu itu bersikap baik dan selalu menolong ketika Nadira dalam kesulitan. Hantu itu bersikap lebih baik daripada teman-teman Nadira yang manusia dan suka merundung,” kata Rany.
Tema perundungan juga dipilih Farah Ridzky Ananda (16), siswa SMAN 5 Jakarta, dalam cerpen “Dendrobium” yang juga dijadikan judul buku kumpulan cerpen tersebut. Judul itu dipilih karena dendrobium melambangkan jenis anggrek warna-warni yang indah dan unik. Keindahan dendrobium patut disyukuri dan dijadikan perekat perdamaian, bukan alasan permusuhan.
“Dendrobium itu seperti kita, Indonesia, yang warna-warni. Dendrobium banyak jenisnya, variasinya, dan ketika disandingkan akan menjadi rangkaian bunga yang indah di taman,” kata Farah.
Meningkatkan literasi
Wakil Sekretaris I PW IPNU DKI Jakarta Zainal Hafidz yang juga Ketua Panitia Bersama “Satu Juta Pelajar Menulis” mengatakan, kegiatan menulis cerpen itu akan dijadikan program rutin di IPNU DKI Jakarta mengingat antusiasme pelajar yang sangat tinggi. Kebiasaan menulis erat kaitannya dengan kebiasaan membaca sehingga kegemaran menulis akan banyak terkait dengan kenaikan minat baca.
“Tujuan kami adalah meningkatkan literasi pelajar. Dengan maraknya media sosial dan perkembangan teknologi, pelajar makin jarang membaca buku. Kemampuan mereka dalam menelaah dan memahami suatu persoalan bisa terkikis. Hal ini berbahaya, terutama di tengah gempuran informasi yang disajikan internet. Salah satu yang dikhawatirkan ialah pengaruh paham radikal dan berita-berita bohong atau hoaks,” kata Hafidz.
Tema perdamaian, cinta kasih, dan toleransi perlu terus dipupuk sehingga kesadaran akan hal itu terus tumbuh. Kesadaran itu tidak hanya mengemuka dalam jargon-jargon yang bertebaran di ruang publik, tetapi juga merasuki relung-relung imajinasi pelajar, melekat di benak generasi muda, sehingga akhirnya menjadi suatu kesadaran otentik. Ekspresi itulah yang berusaha dipicu dengan kegiatan literasi dan penulisan cerpen oleh PW IPNU DKI Jakarta. Kegiatan itu didukung Kementerian Pemuda dan Olahraga, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dan Global Peace Foundation.
Dalam peluncuran buku kumpulan cerpen, Staf Khusus Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga Zainul Munasichin mengungkapkan rasa bangganya kepada para pelajar yang berhasil memotret tema-tema perdamaian, cinta kasih, dan toleransi dalam kehidupan sehari-hari. Tema-tema tersebut kini terasa kian luntur di tengah kehidupan bermasyarakat. Lebih-lebih perhelatan Pilkada DKI Jakarta belum lama ini telah menimbulkan friksi amat tajam di tengah masyarakat.
“Perbedaan yang tajam akibat momen politik harus diredam dan dihentikan. Pelajar, pemuda, dan IPNU harus menjadi motor bagi peningkatan literasi, semangat toleransi, dan sikap inklusivitas,” kata Zainul.
(RINI KUSTIASIH)
Artikel ini pernah dimuat di harian Kompas edisi 24 Agustus 2017.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *