Home Berita Meneladani Ketangguhan Tim Perdamaian
Berita - 23/08/2017

Meneladani Ketangguhan Tim Perdamaian

Pekan kedua Agustus 2017 Aliansi Indonesia Damai (AIDA) menyelenggarakan road show Seminar Kampanye Perdamaian “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” di Bandung, Jawa Barat. Selama empat hari berturut-turut AIDA mengunjungi empat sekolah, yaitu SMAN 3, SMAN 8, SMAN 1 Ngamprah, dan SMAN 1 Dayeuhkolot. Kegiataan tersebut didukung oleh Direktorat Pembinaan SMA Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Dalam seminar AIDA menghadirkan Tim Perdamaian yang terdiri atas korban dan mantan pelaku terorisme yang telah berekonsiliasi. Anggota Tim Perdamaian yang mengikuti kegiatan tersebut adalah Albert Christiono (korban Bom Kuningan 2004), Vivi Normasari (korban Bom JW Marriott 2003), dan Ali Fauzi (mantan pelaku terorisme).

Saat penyelenggaraan seminar di SMAN 1 Ngamprah, Albert berbagi kisah pengalamannya menjadi korban aksi teror bom di Jl. HR. Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan pada 9 September 2004. Waktu kejadian, dia sedang berada di dalam bus kota yang sedang melintas. Seketika bom meledak dan menghancurkan kendaraan dan bangunan di kawasan Kuningan. Serpihan logam menancap di kepalanya akibat ledakan.

Meskipun menderita cukup lama akibat aksi teror, Albert mengaku tak punya dendam terhadap mantan pelaku. Dia mengatakan bahwa dalam agamanya manusia dianjurkan untuk saling mengasihi dan memaafkan.

Anggota Tim Perdamaian lainnya, Vivi Normasari, berbagi kisah dalam kegiatan Seminar di SMAN 8 Kota Bandung. Dia menceritakan bagaimana aksi teror di Hotel JW Marriott Jakarta pada 5 Agustus 2003 menyisakan penderitaan yang berat. Akibat ledakan bom dia mengalami fraktur atau kerusakan jaringan tulang di jari-jari tangannya.

Sementara itu, anggota Tim Perdamaian dari unsur mantan pelaku, Ali Fauzi, menekankan kepada para siswa peserta seminar agar menjauhi segala bentuk pemikiran yang berlebihan atau ekstrem, termasuk dalam beragama. Segala hal yang berlebihan apalagi diwujudkan dalam tindak kekerasan menurutnya tidak menghasilkan solusi melainkan kehancuran dan penderitaan banyak orang seperti yang menimpa para korban terorisme.

Sebagai orang yang pernah bergelut dengan dunia kekerasan, Ali Fauzi secara pribadi meminta maaf kepada para korban terorisme. Albert dan Vivi sebaagai perwakilan korban pun telah memaafkan Ali. Korban dan mantan pelaku kini bersatu menjadi Tim Perdamaian untuk menggugah semangat para pelajar di Bandung agar menjauhi segala bentuk kekerasan.

Sebanyak 50 siswa di masing-masing sekolah mengikuti seminar dengan antusias. Sebagian besar mereka mengaku mendapatkan pelajaran berharga tentang ketangguhan setelah mendengarkan penuturan kisah Tim Perdamaian.

Seorang siswa SMAN 1 Dayeuhkolot mengaku sangat terinspirasi dengan semangat ketangguhan yang dimiliki korban dan mantan pelaku. Dari penuturan mantan pelaku, dia melihat bahwa setiap manusia dapat berubah menjadi lebih baik bila gigih berjuang memperbaiki kekurangan masa lalu. Sementara itu, dari kisah korban terorisme dia mengaku mendapatkan nasihat yang luar biasa tentang maaf.

“Sebagai manusia biasa Tuhan aja Maha Pemaaf, kenapa kita tidak memaafkan.” Demikian ungkapan yang dia ingat setelah mendengarkan kisah Vivi.

Dia juga mengaku terlecut semangatnya untuk tidak mudah menyerah dalam menghadapi tantangan kehidupan seperti halnya yang ditunjukkan oleh para korban. “Walaupun ada peristiwa yang menimpanya, dia (Vivi) tetap bangkit,” ujarnya. [SWD]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *