Perempuan Desa Jadi Aktor Perdamaian

PEREMPUAN di Desa Candirenggo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur, menjadi aktor perdamaian.
“Kami menerapkan prog-ram berbasis perempuan sebagai aktor perdamaian dan menggerakkan multistakeholder pemerintah desa agar semakin sadar dalam mencegah terjadinya kekerasan di level desa,” tegas Koordinator Program Wahid Foundation Andy Irfan di Malang, Jawa Timur, kemarin.
Dia mengatakan itu di sela-sela deklarasi Kampung Damai di Desa Candirenggo.
Deklarasi itu untuk menangkal radikalisme dan terorisme sekaligus mendorong toleransi melalui program pemberdayaan perempuan di desa.
Andy menyatakan program Kampung Damai sudah digulirkan sejak awal 2017.
Sejauh ini telah merambah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Adapun sejumlah desa di Malang Raya yang mendapatkan manfaat program itu ialah Desa Polehan, Lawang, Candirenggo, Gunungrejo, Sidomulyo, Tlekung, dan Gunungsari.
Andy mengakui program itu sengaja menyasar ibu-ibu di level desa untuk menghadang dan menangkal kekerasan isu agama.
“Kami mendampingi kelompok ibu-ibu sekaligus memperkuat kapasitas sebagai aktor perdamaian,” ujarnya.
Dia menjelaskan perempuan diharapkan mampu menggerakkan multistakeholder agar lebih sadar tentang bahaya dan ancaman kekerasan.
Dalam pendampingan itu, lanjut dia, pihak Wahid Institute juga memberdayakan perekonomian, seperti membangun gerai usaha kecil dan menengah (UKM).
Hal itu dilakukan, imbuhdia, karena kemiskinan menjadi faktor pendorong orang melakukan tindak kekerasan secara komunal.
Hanya saja, lanjut Andy, keberadaan UKM sangat jarang diarahkan untuk mencegah kekerasan.
Walhasil, selain berfungsi sebagai promosi produk, lanjutnya, gerai UKM juga menjadi pusat informasi Kampung Damai.
“Itu sebabnya Wahid Foundation mendorong dari desa. Tujuannya mengombinasikan penguatan ekonomi dan pe-nguatan gender,” katanya.
Lurah Candirenggo Asri Wulandari mengatakan prog-ram Kampung Damai berbasis gender telah diikuti sekitar 8.000 perempuan dari 16 ribu jumlah penduduk di Candirenggo.
“Harapan kami, ibu-ibu bisa menangkal gerakan radikalisme dan terorisme sekaligus meningkatkan toleransi,” tegas Asri. (BN/N-1)
*Artikel ini pernah dimuat di harian Media Indonesia edisi 21 Desember 2017