Home Berita Kisah Korban Inspirasi Ketangguhan Kalangan Muda
Berita - 16/08/2019

Kisah Korban Inspirasi Ketangguhan Kalangan Muda

Aliansi Indonesia Damai- Kisah ketangguhan korban terorisme mengarungi hidup dengan segala keterbatasan, seperti kehilangan sebagian anggota tubuh, pekerjaan, trauma, dan bahkan ada yang harus rela kehilangan orang terkasih, menjadi inspirasi bagi kalangan muda di Indonesia. Di tengah-tengah keterbatasan itu, tak sedikit para penyintas yang bangkit dari keterpurukan dan memilih menebar perdamaian untuk generasi muda.

Salah satunya adalah Reni Agustina Sitania, seorang korban tidak langsung dari ledakan bom di Jl. HR Rasuna Said Kuningan, Jakarta Selatan pada 9 September 2004. Ia kehilangan kakak kandungnya, Martinus Sitania, akibat aksi teror tersebut. Pekan lalu dalam sebuah acara kampanye perdamaian yang diselenggarakan AIDA, Reni berbagi inspirasi ketangguhan kepada pelajar SMAN 4 Probolinggo. Dalam acara bertajuk “Dialog Interaktif: Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh”, ia menceritakan bahwa meskipun cobaan hidup sangat berat namun harus tetap berjuang dengan gigih.

Reni memang kehilangan kakak yang juga menjadi tulang punggung keluarganya, namun seiring waktu ia menyadari bahwa ia harus ikhlas agar bisa bangkit dari musibah. Kepergian sang kakak telah ia terima sebagai bagian dari kehendak Tuhan. Ia juga telah menerima permohonan maaf dari orang-orang yang pernah terlibat aksi terorisme.

Dalam kegiatan Dialog Interaktif tersebut, seorang mantan pelaku terorisme yang telah bertobat juga dihadirkan. Namanya Kurnia Widodo. Ia pernah bergabung dengan kelompok teroris sebelum akhirnya sadar dan meninggalkan dunia kekerasan. Kurnia menceritakan bahwa pertemuannya dengan korban menjadi salah satu faktor ia keluar dari kelompok ekstrem. Ketika AIDA pertama kali mempertemukannya dengan seorang korban, Kurnia merasa terenyuh di dalam hatinya. Ia mendengar kisah demi kisah dan merasakan penderitaan korban yang begitu pedih, sehingga ia merasa iba dan berempati.

Baca juga “Bukan karena Teroris Kakakmu Nggak Ada”

“Saya mendengarkan bagaimana penderitaan mereka yang timbul dari aksi terorisme. Mata saya sampai berkaca-kaca mendengar kisah mereka. Saya langsung meminta maaf meskipun saya sendiri tidak terlibat dalam aksi teror yang mengenai mereka,” kata Kurnia.

Dalam kegiatan Dialog Interaktif di SMAN 4 Probolinggo, Kurnia mengulang permohonan maafnya kepada Reni. Gayung bersambut, Reni pun memaafkannya seperti yang pernah dilakukannya saat dahulu pertama kali berinteraksi dengan Kurnia dalam sebuah kegiatan AIDA di Serang pada Januari 2019.

Kini, Reni sebagai representasi korban terorisme, dan Kurnia sebagai seorang mantan pelaku, telah berdamai dengan masa lalu masing-masing. Keduanya kini bersatu dan saling melengkapi dalam mengampanyekan perdamaian kepada masyarakat, termasuk kalangan muda.

Antusiasme tinggi ditampakkan 50 siswa SMAN 4 Probolinggo yang mengikuti Dialog Interaktif. Selain aktif berpartisipasi dalam setiap sesi acara Dialog Interaktif, mereka juga tampak serius menyimak penuturan kisah korban dan mantan pelaku.

Baca juga Kisah Korban Inspirasi Ketangguhan Siswa di Probolinggo

Salah seorang peserta mengaku dapat mengambil pelajaran dari kisah keduanya, yakni tentang empati terhadap orang lain. Baginya, kisah penyintas adalah inspirasi untuk menebar perdamaian, minimal di lingkungan sekolahnya. “Saya lebih mawas diri dan bisa lebih peduli dengan perasaan orang,” kata siswi berkacamata tersebut.

Peserta lainnya, menuturkan bahwa kegiatan Dialog Interaktif: “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” menambah wawasannya mengenai ajaran agama. Menurutnya, generasi muda penting memahami hal itu agar tidak mudah terbujuk paham keagamaan yang mengajarkan kekerasan. Selain itu, ia semakin sadar pentingnya berpikir kritis terhadap penyebaran informasi, khususnya di media sosial. Ia pun berpesan kepada teman-temannya agar mampu berpikir positif dan kritis.

“Bagi teman-teman yang tidak mengikuti kegiatan ini, saya mohon untuk lebih kritis lagi jika menerima sesuatu paham, tapi tetap juga berpikir positif terhadap sesuatunya juga,” ujarnya.

Direktur AIDA, Hasibullah Satrawi, pada akhir kegiatan itu menyimpulkan bahwa ada pesan ketangguhan dari kisah Kurnia dan Reni. Menurutnya, ‘generasi tangguh’ yang dimaksud dalam tema acara Dialog Interaktif adalah kalangan muda yang mampu menyelesaikan masalah. Generasi tangguh bukanlah orang yang tidak mempunyai masalah, namun mereka yang berani menghadapi masalah dan mencoba memecahkannya, bukan malah lari darinya.

“Generasi tangguh adalah orang yang menyelesaikan masalahnya. Jangan pernah kita membalas ketidakadilan dengan ketidakadilan yang lain, karena akan melahirkan ketidakadilan yang baru. Ketidakadilan balaslah dengan keadilan,” katanya. [MSH]

Baca juga Pesan Terakhir Ayah Kepada Sang Anak

1 Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *