Inspirasi Ketangguhan di SMAN 3 Blitar
Aliansi Indonesia Damai – Sejak pagi hari puluhan siswa-siswi SMAN 3 Blitar telah berkumpul di ruang pertemuan sekolah. Mereka mengikuti Dialog Interaktif ”Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” yang diadakan Aliansi Indonesia Damai (AIDA) pertengahan November lalu.
Kegiatan dialog ini menghadirkan Dwi Siti Rhomdoni, seorang penyintas aksi terorisme di Jalan Thamrin tahun 2016 lalu. Perempuan yang akrab disapa Dwiki tersebut hadir membagikan kisahnya sebagai inspirator ketangguhan.
Dwiki menjadi korban bom yang meledak hanya sekitar dua meter di belakangnya. Akibat ledakan itu dia menderita luka terbuka dan cedera tulang leher. Dia dirawat selama kurang lebih tiga minggu dan kemudian dilanjutkan rawat jalan, tiga kali sebulan kontrol untuk menjalani check-up saraf, ortopedi, dan psikologi. Dia harus menjalani perawatan selama 10 bulan dan selama itu harus mengenakan penyangga di leher untuk beraktivitas.
Baca juga Menyemai Perdamaian di SMAN 4 Blitar
Alih-alih mendendam, Dwiki kini mengaku telah ikhlas meski menderita akibat menjadi korban ledakan bom. Mengikhlaskan merupakan terapi berharga untuk bisa bangkit dari keterpurukan.
Tidak hanya korban terorisme, kegiatan di SMAN 3 Blitar hadir pula Kurnia Widodo yang pernah berkecimpung di kelompok terorisme, namun telah hijrah menuju perdamaian. Keterlibatannya dalam kelompok kekerasan dimulai setelah membaca berita terkait penindasan terhadap umat Islam di Afghanistan, Filipina, hingga Palestina. Dia lantas terjun langsung dalam membalas ketidakadilan yang dialami umat Islam di berbagai belahan dunia melalui jalan kekerasan pula.
Setelah cukup lama berkecimpung di kelompok kekerasan, Kurnia akhirnya tertangkap. Dia harus menjalani hukuman di balik jeruji. Di sini pula pencerahan diperoleh saat bertemu korban yang telah memaafkan perbuatannya. Warga Bandung itu pun menyesali perbuatannya dan memutuskan untuk turut menyerukan perdamaian.
Baca juga Siswa SMAN 4 Blitar Siap Jadi Aktor Perdamaian
Di akhir sesi, Kurnia berpesan agar generasi muda memahami pesan agama untuk melakukan kebaikan dan perdamaian. Bukan untuk melakukan kekerasan dan membalas dendam karena tidak akan menyelesaikan masalah.
Para siswa yang mendengarkan kisah korban dan mantan pelaku kekerasan mengaku ada perubahan dalam dirinya setelah mengikuti kegiatan dialog interaktif. Seorang peserta mengatakan akan belajar untuk tidak mendendam sekaligus memaafkan.
”Sebelumnya saya adalah orang yang pendendam dan sulit memaafkan seseorang yang memiliki masalah dengan saya. Tetapi setelah mendengarkan kisah Mbak Dwiki bahwasannya apapun kesalahan orang itu belajarlah untuk memaafkan, saya akan belajar melakukannya,” ungkap siswa berkacatama itu.

Siswa ini pun mengaku tidak akan mengikuti ajakan kekerasan karena mendengarkan kisah Kurnia. Bagi siswa kelas sebelas itu, kekerasan tidak akan melahirkan sebuah solusi.
”Buat apa kita melakukan kekerasan, jika kita tidak mendapatkan solusi dari kekerasan itu,” tegasnya.
Peserta lainnya membagikan pembelajaran yang didapatnya setelah mengikuti dialog interaktif. Salah satunya untuk tidak mendendam.
”Tidak ada salahnya untuk memaafkan orang lain, jangan dendam. Selalu ingat, karma selalu ada dan hanya Tuhan yang memberikan karma tersebut. Jadi kita tidak berhak membalas kesalahan orang lain,” pungkasnya. [MSH]
Baca juga Siswa SMKN 1 Blitar: Karena Perdamaian Itu Lebih Baik
1 Comment