Merayakan Perbedaan untuk Perdamaian

Aliansi Indonesia Damai- Salah satu pembelajaran penting dari diskusi dan bedah film “Tangguh” yang digelar Aliansi Indonesia Damai (AIDA) di Masjid Agung Kota Surakarta, November 2019 silam adalah pentingnya memahami perbedaan di masyarakat. Kalangan muda diminta menerima perbedaan sebagai keniscayaan.

Salah seorang fasilitator diskusi, Hilya Malihah, mengajak generasi muda untuk memahami bahwa kehidupan dunia tidak mungkin tanpa perbedaan. “Di dalam Islam kita diajarkan untuk menghargai perbedaan,” kata Hilya di hadapan puluhan Santri pondok pesantren tahfidz al-Quran yang hadir.

Hilya menghimbau generasi muda untuk lebih berhati-hati dalam pergaulan sehingga tidak terlibat dalam kelompok-kelompok kekerasan. Ia pun meminta generasi muda menyebarluaskan perdamaian, minimal di lingkungan masing-masing. “Kita hindari paham ekstremisme yang bisa menyebabkan potensi konflik di masyarakat. Jadi generasi muda harus berada di garis terdepan dalam menyuarakan perdamaian,” ungkapnya.

Baca juga Merajut Kebersamaan Untuk Perdamaian

Fasilitator lainnya, Ahmad Farih, mengajak masyarakat luas untuk membentengi diri dari paham-paham atau kelompok yang membenarkan tindakan kekerasan. Menurut dia  cita-cita Islam sebagai agama yang mengedepankan perdamaian harus diwujudkan di lingkungan sekitar.

“Kita mengajak kepada setiap elemen tokoh agama untuk membendung paham yang berpotensi kepada kekerasan. Karena agama Islam mengajarkan pentingnya berdialog, dan saling menghormati satu sama lain, serta saling memaafkan,” tutur alumni pelatihan perdamaian di kalangan tokoh agama yang digelar AIDA beberapa waktu sebelumnya itu.

Sementara Pengurus Dewan Kemakmuran Masjid Agung Surakarta, Abdul Basit, berharap kegiatan ini mampu menyebarluaskan kebaikan dan menguatkan perdamaian bagi masyarakat, sehingga tidak ada konflik kekerasan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. “Saya mengapresiasi (kegiatan) ini, diharapkan mampu saling menguatkan rasa persaudaraan dan berbagai kelompok masyarakat Islam memiliki pemahaman untuk saling memahami, sehingga tidak menimbulkan konflik di tengah masyarakat,” ungkapnya.

Baca juga Menebar Maaf Demi Maslahat

Abdul Basit juga mengajak generasi muda untuk tidak membalas ketidakadilan dengan ketidakadilan, karena hal tersebut tidak akan menyelesaikan masalah. “Kita harus selalu belajar arti penting dari jangan membalas ketidakadilan dengan ketidakadilan. Dan mampu menyebarkan rasa damai,” tuturnya.

Salah seorang peserta diskusi mengaku bisa menyerap pesan dari film tersebut, yakni pentingnya untuk saling memaafkan dan menjalin kehidupan yang harmonis. Ia mengatakan, salah satu pembelajaran penting dari kisah pertobatan mantan pelaku adalah mampu keluar dari sikap fanatisme pemahaman keagamaan yang diyakininya.

Oleh karenanya, ia mengajak masyarakat untuk bersikap saling memahami dan mengasihi antarsesama. Sikap semacam itu hanya bisa dilakukan dengan kasih sayang dan sikap keterbukaan. “Jangan sampai kita tidak bisa memahami, jangan membalas keburukan dengan keburukan,” ujar salah seorang peserta menyimpulkan. [FS]

Baca juga Takmir Masjid Agung Surakarta Suarakan Perdamaian

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *