Menebar Maaf Demi Maslahat

Aliansi Indonesia Damai- Generasi muda diajak untuk menebar pemaafan kepada sesama dan belajar ikhlas melupakan kesalahan orang lain. Saling memaafkan merupakan pondasi terwujudnya perdamaian di lingkungan masing-masing. Sikap memaafkan bukan untuk diri sendiri atau pun orang lain, melainkan demi kemaslahatan bersama. 

Alumni pelatihan perdamaian di kalangan tokoh agama, Ustadz Ahmad Tuba mengatakan hal itu dalam diskusi dan bedah film “Tangguh” yang digelar di pelataran masjid Pondok Pesantren Al-Mukmin Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, akhir 2019 silam. Di hadapan puluhan santri dan sejumlah tokoh dari pondok pesantren sekitar, Tuba mengingatkan pentingnya generasi muda untuk menjadi pilar bagi terwujudnya perdamaian.

Baca juga Takmir Masjid Agung Surakarta Suarakan Perdamaian

Tuba mengajak para santri untuk mengambil pembelajaran (ibroh) dari kisah korban terorisme. Menurut dia, di tengah penderitaan fisik dan psikis, para korban masih bersedia memberikan maaf kepada pelakunya. Padahal tidak sedikit korban yang mengalami luka parah, bahkan sebagian yang lain harus kehilangan keluarga. Oleh karena itu menurut Tuba, sikap pemaafan korban patut menjadi teladan bagi para santri. “Kita belajar dari kisah korban untuk memaafkan kesalahan orang lain. Mereka menerima apa adanya musibah yang terjadi. Jangan sampai ada kekerasan di antara kita,” paparnya.

Tuba menambahkan, sikap memaafkan memang mudah diucapkan namun sulit dipraktikkan. Walakin, menurut dia tidak mungkin perdamaian terwujud jika jalan kekerasan menjadi pilihan. Perdamaian hanya bisa terwujud dengan sikap lapang dada dan ikhlas atas semua peristiwa yang terjadi. “Sebagian orang mungkin ada yang mudah marah dan tersinggung. Namun kita belajar dari tokoh-tokoh di film itu bahwa perdamaian hanya bisa ditempuh tanpa kekerasan,” tegasnya.

Dalam sesi tanya jawab, salah seorang santri putra mengambil pembelajaran juga terhadap kisah pertaubatan mantan pelaku terorisme. Ia merasa kagum dengan keberanian mantan pelaku untuk mengakui kesalahannya dan memperbaiki kesalahan tersebut dengan mengajak orang lain berbuat baik. “Para pelaku itu melakukan kejahatan yang berdampak besar bagi banyak pihak. Namun setelah mereka sadar bahwa perbuatannya salah, akhirnya mereka memberi pengaruh kepada orang lain agar tidak melakukan hal serupa,” katanya.

Bagi dia, setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan. Tetapi sebaik-baik manusia adalah mereka yang bertaubat dan memperbaiki kesalahannya sekaligus menjadi pelopor bagi terwujudnya perdamaian bagi orang lain. [AH]

Baca juga Tokoh Agama Klaten: Tolonglah Saudaramu yang Zalim Atau Dizalimi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *