Mensyukuri Nikmat Kedamaian
Aliansi Indonesia Damai- Suasana hidup damai adalah anugerah Tuhan yang wajib disyukuri. Mensyukuri nikmat kedamaian yang paling utama adalah berupaya sekuat tenaga untuk menjaga dan melestarikannya sepanjang masa.
Kurang lebih semangat seperti itulah yang mengemuka saat AIDA menyelenggarakan “Diskusi Interaktif: Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” di SMAN 6 Surabaya, Selasa (23/5/2023). Kegiatan melibatkan 80 siswa SMAN 6 Surabaya dari lintas kelas dan organisasi sebagai peserta aktif.
Dalam kegiatan dihadirkan kisah-kisah inspiratif dari korban aksi terorisme serta mantan anggota kelompok teroris yang telah bertobat. Sejumlah mantan pelaku berbagi kisah petualangan mereka terpapar paham keagamaan yang ekstrem hingga terlibat tindak pidana terorisme. Tak berhenti di situ, mereka juga menceritakan proses mencapai titik kesadaran akan kekeliruan gerakan yang mereka ikuti. Mereka kini telah insaf, meminta maaf kepada para korban, dan menyuarakan perdamaian kepada masyarakat.
Ditampilkan pula kisah para korban berjuang menghadapi ragam penderitaan yang muncul akibat serangan teror bom. Sebagian mereka memang selamat dari maut, namun kondisi fisiknya sudah tak sempurna seperti sebelumnya. Mereka mengalami disabilitas atau setidaknya bekas luka di tubuh mereka tidak dapat menghilang. Dari korban yang meninggal dunia, penderitaan harus dipikul oleh ahli waris atau keluarganya yang ditinggalkan.
Wakil Kepala Bidang Hubungan Masyarakat SMAN 6 Surabaya, Yatimun, berkesempatan menyampaikan sambutan dalam kegiatan. Pihaknya menyambut baik inisiatif AIDA yang mengajak generasi pelajar untuk menguatkan karakter serta menjunjung tinggi budaya damai di masyarakat. Hal ini penting sebab segala bentuk kekerasan masih menjadi momok di kalangan generasi muda.
Ia mengaku terkejut mendengar berita terbaru di radio bahwa telah terjadi perkelahian antargeng di Kota Surabaya. Dikabarkan, 3 pemuda pelaku tawuran melompat dari Jembatan Petean ke Sungai Kalimas pada Senin (22/5/2023) dini hari lantaran terdesak gerombolan lawan. Satu orang berhasil selamat namun dua lainnya dievakuasi tak bernyawa terbawa arus.
“Semua masih muda. Mohon maaf, anak-anak SMAN 6 jangan sampai ada yang terlibat kegiatan seperti itu! Kenapa, Pak? Jawabannya sederhana, “Sega pecel isih enak.” Betul?” ujar Yatimun.
Gemuruh sorak, “Betul,” dari para siswa menyahut. Seolah mereka membenarkan logika guru mereka, bahwa nasi pecel atau bermacam kuliner, serta pelbagai ragam kenikmatan di kota mereka masih tersaji dan setiap orang bebas merdeka dapat menikmatinya, maka apa jadinya bila situasi damai seperti itu dirusak.
Yatimun juga mewanti-wanti anak didiknya tidak mudah terpengaruh ajakan kelompok-kelompok tak bertanggung jawab dengan merefleksikan dari kisah korban dan mantan pelaku terorisme. “Yang jelas, anak-anak, selama kita masih punya akal yang sehat, tolong jangan mengikuti kegiatan-kegiatan apa pun yang terkait dengan teror, kekerasan, dan kegiatan kriminal lainnya,” kata dia.
Pungkasan, ia mengingatkan siswa-siswi SMAN 6 Surabaya agar fokus mengikuti Diskusi Interaktif: Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh. “Tunjukkan bahwa SMAN 6 itu adalah anak-anak yang luar biasa, yang selalu siap untuk mengikuti pendidikan dengan baik, dan kelak menjadi pemimpin-pemimpin bangsa yang baik. Damai itu indah, damai itu membahagiakan,” ungkapnya. [MLM-FAH]