23/05/2023

Kepala SMK YADIKA Cirebon: Bijaklah dalam Pergaulan

Aliansi Indonesia Damai- Kepala SMK YADIKA Cirebon, Indarti Wuryaningsih, menyoroti tiga persoalan sosial yang kerap menjangkiti remaja, yaitu perundungan, hubungan seks di luar nikah, dan radikalisme-terorisme. Ketiganya harus dihindari agar tidak merusak masa depan remaja sebagai generasi penerus.

Hal tersebut diungkapkan Indarti saat membuka kegiatan “Diskusi Interaktif: Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” yang dilaksanakan AIDA di sekolah tersebut, awal Maret 2023 silam. “Filternya harus kuat. Bergaul dengan bijaksana, bergaul dengan teman, juga memfilter hal-hal yang negatif,” ujarnya berpesan.

Baca juga Membangun Semangat Ketangguhan dari Kisah Penyintas

Terkait perundungan, Indarti berkaca pada kasus yang terjadi di salah satu sekolah swasta di Kabupaten Cirebon yang sempat diberitakan oleh banyak media massa. “Seorang anak yang memiliki kekurangan di-bully, dirundung. Itu tidak boleh dilakukan,” katanya tegas.

Di sisi lain, di Cirebon juga sempat dihebohkan oleh pemberitaan sepasang pelajar SMK yang membuang  bayi hasil hubungan seks di luar nikah. “Ini menjadi perhatian kita bersama. Jadi, tolong memfilter mulai hari ini dan seterusnya,” kata Indarti mengingatkan.

Baca juga Membangun Karakter Anti-Perundungan

Sementara dalam hal radikalisme-terorisme, fakta terbaru adalah serangan bom bunuh diri di Mapolsek Astana Anyar Bandung. Indarti mewanti-wanti agar anak-anak didiknya berhati-hati dalam memilih pergaulan. Sebab kerapkali upaya rekrutmen kelompok ekstremis dilakukan oleh orang-orang dekat.

“Apakah itu tetangga, saudara, yang tidak pernah ketemu tiba-tiba ajak ngaji. Tapi, ngajinya aneh. Di sana nanti ternyata kamu dicuci otaknya, kemudian diajak hijrah. Apa itu hijrah? Pindah. Nanti kalau kamu sudah ikuti polanya maka akan susah, terus-terusan akan ikut dan akhirnya muncul ada ‘pengantin’ istilahnya,” ujarnya panjang lebar.

Baca juga Menjaga Amanat Pendiri Bangsa, Merawat Perdamaian

‘Pengantin’ yang dimaksudkannya adalah pelaku bom yang rela mati karena merasa yakin sepenuhnya bahwa tindakannya adalah amal baik yang dapat mengantarkannya ke surga. “Itu sudah melalui pencucian otak yang dalam. Itu yang harus kita sadari, anak-anakku,” ujarnya.

Dalam kegiatan ini AIDA mengajak para peserta untuk menyimak kisah ketangguhan para penyintas aksi terorisme serta mantan pelaku ekstremisme kekerasan yang telah bertobat. Para penyintas terorisme berhasil bangkit dari keterpurukan akibat peristiwa terorisme dan berdamai dengan kenyataan.

Sementara mantan pelaku menunjukkan ketangguhan dengan pertobatannya dari jalan ekstremisme kekerasan. Kedua pihak kini bahu-membahu mengampanyekan perdamaian dan semangat ketangguhan kepada generasi muda. [MSY-LH]

Baca juga Damai Itu Indah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *