Bayu di Kota Bima
Artikel ini pernah dimuat Newsletter SUARA PERDAMAIAN Edisi XLIII Januari 2025
MASYA ALLAH adalah kata pertama yang saya ucapkan saat mendarat di Kota Bima, Nusa Tenggara Barat Juli 2024. Saya berkesempatan untuk berkegiatan bersama AIDA dalam rangka kampanye perdamaian di beberapa sekolah di wilayah berjuluk Kota Tepian Air itu. Kegiatan ini adalah kali kedua saya bersama AlDA berkeliling Indonesia untuk menyuarakan perdamaian, dimulai dari generasi muda yaitu siswa-siswi Sekolah Menengah Atas (SMA).
Namun dalam tulisan ini, saya ingin menyampaikan rasa kagum saya untuk Kota Bima yang berhasil membuat saya jatuh cinta di lima menit pertama saya menginjakkan kaki. Setelah penerbangan yang cukup memakan waktu, sore itu tepatnya 17.55 waktu setempat, saya disambut dengan barisan gunung yang berdampingan dengan luasnya pantai. Sepanjang perjalanan, saya menurunkan kaca jendela mobil untuk menikmati indahnya langit tiga warna yang sore itu menampakkan keindahannya. Sungguh langit senja yang luar biasa. Seolah dia ingin memberi tahu kepada saya, bahwa saya layak mendapatkan pemandangan indah.
Untuk sebagian orang, Kota Bima mungkin biasa saja. Tapi, buat saya kota ini berkesan. Karena, apa yang saya dapatkan di sini seolah memberikan saya pelajaran hidup.
Baca juga Kebersamaan dan Kekeluargaan Korban Terorisme
Sebagai penyintas dari tragedi terorisme, tentunya bertahun-tahun bahkan sampai saat ini saya merasakan sakit dan lelahnya menanggung luka dan trauma. Namun, setelah perjalanan dengan melawan waktu, saya bisa mendapatkan kejutan-kejutan indah setelahnya.
Sama halnya dengan mengunjungi Kota Bima. Setelah perjalanan hampir empat jam dari Jakarta, lelah, penat masih terasa. Namun, kejutannya adalah diberikan keindahan pemandangan Kota Bima yang sore itu membuat saya meneteskan air mata. Kenapa? Saya menyadari begitu besar ciptaan Allah SWT. Begitu luas bumi Allah SWT. Dan di antara luasnya bumi-Nya, saya diberikan kejutan dan kesempatan untuk melihat salah satu mahakarya Allah yang luar biasa. Ya, indahnya Kota Bima.
Untuk siapa pun yang sedang membaca tulisan ini, ketahuilah, sebagai manusia jangan pernah berputus asa dari rahmat Allah SWT. Bagaimanapun keadaan kita di masa lalu dan saat ini, percayalah akan selalu ada kejutan indah menanti kita, bahkan yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.
Baca juga Menjaga Kedamaian di Tanah Sumbawa
Terima kasih untuk AIDA yang mengizinkan saya bergabung di beberapa kegiatannya yang di setiap momennya adalah momen berharga dan mahal untuk saya, sebagai momen live healing untuk saya. Ke depannya, semoga kita bisa selalu bertahan dalam setiap keadaan, dan menunggu kejutan-kejutan indah yang akan datang.
Terima kasih Kota Bima. Kesederhanaan, keindahan alammu berhasil membuatku jatuh cinta pada pandangan pertama. Dan, embusan bayu di Kota Bima, selamanya akan membekas di ingatan, untuk selalu menjadi kenangan.
adnr
Karya Andi Dina Noviana Rivani, penyintas aksi teror bom di Jalan MH Thamrin Jakarta Pusat pada 14 Januari 2016.