22/11/2022

Dari Penyintas Bom untuk Al-Husainy Bima

Aliansi Indonesia Damai- Kisah pilu kehidupan korban terorisme mengundang empati sekaligus  menginspirasikan ketangguhan siswa Madrasah Aliyah (MA) Al-Husainy, Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Meski mengalami ujian hidup yang berat, para penyintas bom mampu bangkit, menyongsong kehidupan baru, dan bahkan memaafkan para pelakunya demi kedamaian pribadi dan kehidupan bersama.

Baca juga Motivasi Ketangguhan Siswa SMAN 1 Wawo

Salah satu siswa mengaku mendapatkan banyak pembelajaran dari penyintas bom. “Bahwa kita sesama manusia, apalagi sesama umat beragama harus saling memaafkan bila terjadi kesalahan. Sang pelaku harus bertanggung jawab atas perbuatannya, dan mereka telah melakukan permintaan maaf.  Dan para korban telah memberikan contoh memaafkan kesalahan orang-orang yang insaf dan menyesal,” ujar salah seorang siswa kelas XI MA Al-Husainy dalam kegiatan safari perdamaian AIDA di Bima, akhir Oktober silam.

Sementara siswa lain menyerap pelajaran dari kisah mantan pelaku terorisme. Mereka terjerumus ke dalam aliran dan kelompok ekstrem karena salah memilih pergaulan. “Seseorang tak lepas dari pengaruh orang-orang di sekitarnya. Maka dari itu kita harus pandai memilih pergaulan,” ungkapnya.

Baca juga Perdamaian Kunci Kebahagiaan

Menurut dia, para pelaku tidak berpikir panjang bahwa perbuatannya bisa melukai orang-orang yang bersalah. “Ketika kita memiliki dendam dan ingin membalas dendam dengan cara melakukan pengeboman di tempat-tempat tertentu, kita harus memikirkan bagaimana perasaan dan nasib orang lain,” tuturnya.

Sementara pelajar lain berpesan agar generasi remaja belajar dari para korban bom yang mampu bangkit dari ujian berat dan mampu mengikhlaskan segala peristiwa yang menimpa mereka. “Begitu pentingnya sabar, tabah, ikhlas, dan menerima sesuatu dengan lapang dada,” katanya.

Baca juga Mencerdaskan Kehidupan Bangsa

Dalam hematnya, setiap manusia pasti memiliki kesalahan dan kealpaan. Jiwa besar para korban telah mengajarkannya untuk memaafkan kesalahan-kesalahan orang lain. “Belajar dari para korban, kekerasan tidak boleh dibalas dengan kekerasan, tetapi harus dibalas dengan kebaikan,” ucapnya.

Setelah mengikuti kegiatan, sejumlah siswa mengaku ingin berbuat sesuatu yang memberikan kedamaian bagi orang lain. “Saya tentu akan memberi tahu apa yang saya dengarkan dan saya cermati ini kepada teman-teman saya yang lain. Saya akan menerapkan pola hidup ikhlas dan mudah memaafkan. Dan sudah pasti bertekad untuk menjadi pemuda yang tangguh dan cinta perdamaian,” kata pelajar itu memungkasi. [AH]

Baca juga Ketangguhan Butuh Intelektualitas

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *