Home Berita Deklarasi Menjaga Perdamaian di Hari Sumpah Pemuda
Berita - 31/10/2017

Deklarasi Menjaga Perdamaian di Hari Sumpah Pemuda

Sri Sultan HB X Foto: Edzan Raharjo/detikcom

Sabtu, 28 Oktober 2017, bertepatan dengan peringatan Sumpah Pemuda dua Daerah Istimewa di Indonesia melakukan deklarasi kebangsaan melawan radikalisme guna menjaga perdamaian. Deklarasi kebangsaan di Daerah Istimewa Yogyakarta diadakan di Stadion Mandala Krida, sedangkan acara serupa di Daerah Istimewa Aceh diadakan di Lapangan Tugu Darussalam. Sebagian besar peserta terdiri atas kalangan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di kedua provinsi.

Deklarasi menjaga perdamaian yang disampaikan dari Yogyakarta dan Aceh sejatinya adalah satu, yakni pernyataan sikap anak bangsa untuk bertekad meneguhkan satu ideologi yaitu Pancasila, satu konstitusi yaitu UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, satu negara yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), satu semboyan yaitu bhinneka tunggal ika, dan satu tekad yaitu menjaga perdamaian dengan menolak radikalisme dan intoleransi.

Kalimat deklarasi tersebut mengekor bunyi Sumpah Pemuda yang diikrarkan para pemuda dari berbagai kalangan di seluruh penjuru Indonesia pada 28 Oktober 1928. Waktu itu Jong Java (Pemuda Jawa), Jong Celebes (Pemuda Sulawesi), Jong Ambon (Pemuda Ambon), Jong Sumateranen Bond (Pemuda Sumatra), Jong Bataks Bond (Pemuda Batak), Jong Islamieten Bond (Pemuda Islam), Pemoeda Kaoem Betawi, Pemoeda Indonesia, dan berbagai organisasi pemuda lainnya melakukan kongres di Jakarta. Dalam kongres tersebut diikrarkan tiga ungkapan yang di kemudian hari dikenal dengan Sumpah Pemuda:

SUMPAH PEMUDA

– KAMI PUTRA DAN PUTRI INDONESIA MENGAKU BERTUMPAH DARAH SATU, TANAH AIR INDONESIA

– KAMI PUTRA DAN PUTRI INDONESIA MENGAKU BERBANGSA SATU, BANGSA INDONESIA

– KAMI PUTRA DAN PUTRI INDONESIA MENJUNJUNG BAHASA PERSATUAN, BAHASA INDONESIA

Beberapa tokoh penting memberikan pernyataan-dukungan dalam aksi deklarasi tersebut. Rektor Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, mengakatan bahwa bangsa ini butuh lebih banyak lagi orang-orang yang berdedikasi untuk perdamaian. Oleh sebab itu, ia berharap deklarasi ini jangan sampai dinilai hanya sekadar seremonial belaka.

“Deklarasi ini juga harus mampu mengetuk hati segenap mahasiswa Aceh untuk tetap mencintai Indonesia dan terhubung dengan ideologi Pancasila dalam setiap aktivitas sehari-hari,” ujarnnya.

Sementara itu, Wakil Rektor UIN Ar-Raniry Aceh, Dr. H. Syamsul Rijal, M.Ag, mengatakan paham radikalisme tidak memiliki tempat di kampus yang ada di provinsi di ujung barat Indonesia itu. Menurutnya, Aceh merupakan tanah Iskandar Muda yang dari dulu juga menentang paham radikalisme.

“Mahasiswa harus menyiapkan diri dengan ilmu dan mereka bisa menjadi panutan dalam berbangsa dan bernegara. Saya pikir paham radikalisme itu bukan tempatnya di kampus,” kata Syamsul usai acara deklarasi.

Adapun dalam kegiatan di Yogyakarta, Gubernur DIY yang juga raja Kraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X, anggota Forkopimda DIY dan pimpinan Perguruan Tinggi se-DIY turut mendukung agenda deklarasi kebangsaan.

Dalam kegiatan tersebut Gubernur DIY menyampaikan orasi kebangsaan di hadapan ribuan mahasiswa. Sri Sultan HB X menyampaikan tentang kondisi bangsa saat ini yang bertolak belakang dari semangat ikrar Sumpah Pemuda yang terjadi 89 tahun lalu. Bahkan kini menuju titik api perseteruan.

“Kini, rakyat terus bertanya, mengapa rasa damai selalu terusik oleh radikalisasi dan intoleransi. Sampai kapan hujatan, kebencian dan kekerasan yang dibalut kebohongan itu terhenti oleh nurani,” kata dia.

Sultan juga mempertanyakan mengapa bumi nusantara yang bhinneka ini selalu bergolak akibat tersulut oleh mereka yang mendua hati. “Bukankah kita dambakan harmoni bukan antagoni, damai daripada bertikai. Andaikan sejarah cermin rujukan, bukankah setiap kita adalah satu hati bagi NKRI,” ujarnya.

Ketua Steering Commitee Deklarasi Kebangsaan Civitas Akademika, Pardimin, Ph.D, seusai acara mengatakan tujuan utama dari kegiatan di Yogyakarta ini adalah menegaskan kembali UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI sebagai pilar utama dengan Pancasila sebagai landasannya.

“Kami menyerukan kepada masyarakat untuk senantiasa mengedepankan sikap persaudaraan dan cinta damai meskipun beda agama, suku, ras, dan golongan,” kata dia. [AM]

sumber: detik, acehkita, sumpah pemuda.org

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *