Dialog Antariman: Paus dan Imam Al Azhar Bahas Terorisme

Roma, Rabu – Imam Besar Al Azhar, Mesir, Ahmad el-Tayeb, Selasa (7/11), bertemu dengan Paus Fransiskus. Dalam pertemuan di Vatikan itu, dua pemuka agama tersebut membahas kerja sama untuk melawan terorisme. Tayeb mengatakan, Muslim juga menjadi korban terorisme. “Itu (terorisme) adalah kanker yang sudah menyebar ke berbagai penjuru dunia,” katanya seusai bertemu Sri Paus.
Al Azhar menawarkan sumber daya dan sumbangsihnya untuk kerja sama yang bertujuan untuk mengakhiri terorisme. Pembicaraan dengan Sri Paus, menurut Tayeb, membahas beberapa hal yang menyakiti dunia dan cara menyelesaikannya bersama-sama. Penyelesaian itu untuk membantu mereka yang miskin dan tidak beruntung.
Ia memuji Sri Paus yang dinyatakan sangat penuh kasih dan ingin mendorong manfaat bagi kemanusiaan dari pertukaran kebudayaan. “Saya hendak mengungkapkan keyakinan saya pada perlunya dialog antaragama, atau kita berisiko jatuh kembali pada era kekerasan dan kegelapan. Selama seabad terakhir, kita sudah menyaksikan perang yang membunuh 70 juta manusia,” kata Tayeb.
Kunjungan Tayeb ke Vatikan merupakan balasan atas muhibah Sri Paus ke Al Azhar, April 2017. Kala itu, Sri Paus mengikuti Konferensi Perdamaian Internasional yang diselenggarakan Al Azhar. Selain bertemu Sri Paus, Tayeb juga menemui sejumlah pihak di Italia. Pertemuan-pertemuan itu bertujuan membahas solusi bagi kekerasan, mengatasi kebencian dan islamofobia.
Saling kunjung antar Tayeb dan Sri Paus merupakan tanda perbaikan hubungan antara Vatikan dan Al Azhar. Pada masa Paus Benediktus XVI, hubungan Takhta Suci dan Al Azhar sempat menegang.
Dialog
Hubungan kembali membaik saat Paus Fransiskus menetapkan dialog antariman sebagai salah satu agenda kerjanya. Sri Paus juga beberapa kali menyampaikan pesan pribadi kepada kaum Muslim, salah satunya lewat ucapan Selamat Idul Fitri dalam khotbahnya. Pendekatan lain yang dilakukan Sri Paus adalah saat berkunjung ke Jordania pada 2014. Kala itu Sri Paus ditemani profesor kajian Islam, Umar Abboud.
Sri Paus juga pernah secara terbuka mengajak pimpinan Muslim agar secara tegas mengecam kekerasan atas nama agama. Ajakan itu muncul menyusul keprihatinan Sri Paus atas penderitaan umat Kristiani di Timur Tengah akibat perang sipil dan serbuan Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS). Takhta Suci melihat NIIS sebagai penyeban umat Kristiani dan minoritas non-Muslim lainnya mengungsi dari Irak dan Suriah.
Selain dengan Islam, Sri Paus juga membangun dialog dengan Gereja Ortodoks kala bertemu Patriark Rusia di Kuba tahun lalu. Pertemuan itu terjadi hampir 1.000 tahun sejak Gereja Barat dan Gereja Timur berpisah. (M)
Sumber: Kompas