Mulyono, korban Bom Kuningan, menyampaikan kisahnya dalam Dialog Interaktif Belajar Bersama menjadi Generasi Tangguh di SMAN 1 Pajo, Dompu, Nusa Tenggara Barat (17/9/2018).
Home Berita Pelajaran Berharga dari Korban dan Mantan Pelaku
Berita - 26/10/2018

Pelajaran Berharga dari Korban dan Mantan Pelaku

Dok. AIDA – Mulyono, korban Bom Kuningan, menyampaikan kisahnya dalam Dialog Interaktif Belajar Bersama menjadi Generasi Tangguh di SMAN 1 Pajo, Dompu, Nusa Tenggara Barat (17/9/2018).

Pertengahan September lalu Aliansi Indonesia Damai (AIDA) menyelenggarakan safari kampanye perdamaian di Dompu, Nusa Tenggara Barat. Di kabupaten yang dikenal sebagai penghasil susu kuda liar itu AIDA menggelar acara Seminar Kampanye Perdamaian dengan tema “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” di lima sekolah, yaitu SMAN 1 Pajo, SMAN 3 Dompu, SMAN 1 Manggelewa, SMAN 1 Wajo, dan SMAN 2 Wajo.

Kegiatan ini disambut antusias oleh para siswa di sekolah-sekolah tersebut. Beberapa sekolah bahkan kelebihan peserta. Sebagian siswa rela tidak mendapatkan seminar kit dan  sertifikat asalkan dapat mengikuti kegiatan tersebut.

Dalam kegiatan tersebut, para peserta mengaku mendapatkan pelajaran berharga dari penuturan kisah mantan pelaku terorisme, dan korban kejahatan terorisme.

Kurnia Widodo, seorang mantan narapidana kasus terorisme, menyampaikan kisah hidupnya kepada para peserta. Ia bercerita tentang bagaimana dahulu dirinya terpapar pemahaman keagamaan yang mengajarkan kekerasan terhadap umat agama lain. Semasa SMA saat masih menetap di Lampung, karena percaya ajakan teman dia bergabung dengan kelompok yang sudah dinyatakan terlarang oleh Negara. Kehidupan penuh doktrin kekerasan dia lalui sebelum ditangkap aparat keamanan di Bandung pada 2010.

Selama di dalam masa hukuman penjara, Kurnia berintrospeksi diri. Dia mengaku banyak berdiskusi dengan orang yang lebih memahami ilmu agama ketimbang dirinya. Secara perlahan dia menyadari kekeliruan dan ketidaksesuaian doktrin dalam kelompoknya dengan ajaran agama yang luhur. Atas dorongan beberapa pihak dia akhirnya meninggalkan kelompok lamanya dan setelah keluar penjara dia berkomitmen untuk meniti jalan perdamaian.

Kurnia berpesan kepada para peserta Seminar agar mewaspadai kajian-kajian keagamaan yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi, serta menafikan pendapat keagamaan dari mazhab atau kelompok lain.

Ia juga menceritakan pengalamannya bertemu dengan korban terorisme dalam kegiatan AIDA. Ia mengaku salut akan kelapangan hati para korban. Dia mengatakan, meskipun korban mengalami luka serius bahkan beberapa harus kehilangan anggota keluarga namun mereka mampu ikhlas memaafkan mantan pelaku.

“Orang-orang pemaaf dan tidak mendendam inilah yang mendapatkan derajat yang lebih tinggi dibandingkan dengan manusia lainnya,” ujarnya.

Para siswa peserta Seminar juga menyimak penuturan Mulyono, penyintas aksi terorisme di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan pada 9 September 2004. Meski sempat terpuruk karena cedera parah pada rahangnya dan harus melakukan operasi berkali-kali, namun ia tetap memaafkan dan memilih untuk tidak mendendam.

“Orang yang mempunyai dendam di dalam hati, itu sama saja dengan membawa sampah ke mana pun ia pergi, dan itu justru menimbulkan efek negatif bagi dirinya sendiri.” kata dia.

Dari pengalaman hidup mantan pelaku para peserta dapat mencontoh sikap berani meminta maaf, mengakui kesalahan, dan istikamahnya dalam bertobat. Sementara itu, dari para korban peserta bisa belajar tentang ketangguhan, keikhlasan, pemaafan, serta semangat bangkit dari keterpurukan.

Direktur AIDA, Hasibulllah Satrawi, menekankan kepada para siswa peserta Seminar agar mengambil ibrah (pelajaran berharga) dari kisah korban dan mantan pelaku dengan tidak membalas kekerasan dengan kekerasan, dan tidak membalas ketidakadilan dengan ketidakadilan. “Karakter seperti inilah yang menjadi nyawa kehidupan yang damai bangsa ini esok dan seterusnya,” kata dia. [SWD]