Kekuatan Harapan dan Doa
Albert Christiono menjadi korban aksi teror di depan Kedutaan Besar Australia di Jakarta pada 9 September 2004 setelah bus kota yang ditumpanginya ringsek dihantam bom berbahan baku kurang lebih 350 kg.
Pada hari kejadian, dia yang telah lulus kuliah sedang libur bekerja. Ketimbangberdiam diri di rumah dia berinisiatif membantu pekerjaan ayahnya mengambil dokumen di daerah Kuningan, Jakarta Selatan. Saat bus kota yang membawanya melintas di Jl. HR Rasuna Said, tepatnya di Halte Kampus Perbanas atau seberang Kedubes Australia, tiba-tiba sebuah mobil boks meledak hebat.
Albert masih bergeming di dalam bus kota sesaat setelah ledakan. Banyak kepulan asap di dalam bus kota dikiranya adalah gas air mata yang ditembakkan aparat untuk menghalau unjuk rasa mahasiswa. Dia mulai sadar telah terjadi aksi teror setelah banyak terdengar teriakan minta tolong dan para karyawan yang berada di dalam gedung di sepanjang Jl. HR Rasuna Said berhamburan keluar.
Akibat dari ledakan tersebut, Albert mengalami luka di kepala yang cukup parah. Kepalanya mengeluarkan darah yang begitu banyak. Darah juga mengucur dari beberapa luka sobek di badannya.
Seketika dia pun mencoba menyelamatkan diri. Dia mencari ojek, meminta untuk diantar ke rumah sakit (RS) terdekat. Dia pun diantar ke RS Mata Aini yang letaknya tak jauh dari lokasi kejadian. Sesampainya di RS Aini, Albert langsung ditangani. Akan tetapi, untuk luka yang cukup serius di kepalanya, pihak RS Aini merujuknya ke rumah sakit yang lebih besar.
Setelah keluarganya diberitahu, Albert dibawa ke RS St. Carolus di Jakarta Pusat. Berdasarkan pemeriksaan CT scan, diketahui ada serpihan logam semacam gotri yang menancap di kepalanya. Bentuk logam tersebut pipih tak beraturan dan tajam sehingga harus melalui operasi besar untuk mengangkatnya.
Dengan persetujuan orang tua, Albert menjalani operasi. Dia mempunyai harapan yang besar untuk sembuh dari luka sebab teringat ceramah yang disampaikan pendetanya sehari sebelum bom meledak. “Sehari sebelumnya saya dan teman-teman di organisasi mengadakan kajian Al-Kitab dengan tema Cinta, Pengharapan dan Kasih,†ujarnya.
Dia teringat bahwa seberat apa pun ujian yang diberikan Yang Maha Kuasa, manusia mesti berkeyakinan bisa keluar dari cobaan itu sebab Tuhan Maha Kasih. Dari keyakinan itulah muncul semangatnya untuk sembuh dari luka akibat bom.
Albert pun akhirnya sembuh dan kembali beraktivitas normal. Namun, cobaan baginya belum berhenti. Desember 2016, dua belas tahun pascakejadian, sakit di kepalanya kembali datang. Hasil pemeriksaan dokter menyatakan bahwa di bagian kepalanya terdapat cairan yang harus dikeluarkan. Cairan tersebut besar kemungkinan merupakan dampak lanjutan dari peristiwa yang dialaminya saat terkena ledakan Bom Kuningan 2004.
Setelah berkoordinasi dengan keluarga, Albert memutuskan untuk menjalani operasi lagi meskipun dibayang-bayangi berbagai risiko. Setelah operasi, dia sempat mengalami kehilangan memori selama beberapa hari. Dia tidak bisa mengenali rekan-rekan yang menjenguknya bahkan sempat tidak mengenali istrinya sendiri.
Dia sangat bersyukur secara berangsur memori di kepalanya pulih. Dia mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang mendukungnya untuk kembali sehat. Termasuk kepada teman-temannya di gereja yang selalu mendoakan sehingga ia bisa hidup normal seperti sedia kala. Dia merasakan kekuatan harapan dan doa sangat membantunya sembuh dari luka serta menguatkannya dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan.
Persoalan mengenai pelaku teror yang membuatnya menderita sedemikian rupa sudah dilupakan dan tidak begitu dipedulikan oleh Albert. Dalam kegiatan yang diinisasi Aliansi Indonesia Damai (AIDA) di Bukittinggi, Sumatra Barat pada 2016, dia dipertemukan dengan mantan pelaku terorisme yang telah bertobat. Dengan berbesar hati dia telah memaafkan mantan pelaku. Dia mengatakan bahwa dirinya sudah ikhlas menerima semuanya supaya ia bisa hidup dengan damai untuk ke depannya. [F]
Disarikan dari penuturan Albert Christiono dalam kegiatan Dialog Interaktif “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” di SMAN 4 Bukittinggi, April 2016.