Bait Kebangkitan Lila
Dia datang begitu cepat, bagaikan kilauan petir yang menyambar
Seketika itu pula semuanya hancur dan menjadi puing-puing
yang bertebaran dan berserakan diselimuti debu
Dia telah begitu tega
Sedangkan aku,
pada saat itu berjalan di atas cinta dan harapan
Siapakah yang salah
Aku atau diakah?
Mengapa semua ini harus terjadi?
Tapi aku harus bangkit, berdiri dan berjalan,
menjalani semua ini walau hati rasa teriris
Dan aku yakin,
di ujung sana menanti kehidupan yang lebih cerah
Lila
Bait Kebangkitan Lila*
*Puisi ini ditulis oleh (alm) Halila, tiga bulan setelah peristiwa ledakan Bom Kuningan, Jakarta, 9 September 2004. Puisi ini tanpa judul. Redaksi berdiskusi cukup lama membahas apakah puisi ini akan diberi judul atau tidak. Pada akhirnya disepakati puisi ini ditampilkan tetap tanpa judul dengan pertimbangan kedaulatan penulis. Redaksi menggunakan istilah “Bait Kebangkitan Lila” sebagai pesan utama dari puisi ini (menurut redaksi). Saat kejadian, Lila yang mengandung usia 8 (delapan) bulan sedang berkendara dengan suaminya, Iwan Setiawan, yang juga menjadi korban peristiwa tersebut. Meskipun terluka, Lila berhasil melahirkan putra keduanya dengan selamat. Dua tahun setelah peristiwa itu, Lila meninggal dunia karena sakit. Semoga amal kebaikannya diterima di sisi-Nya.