Home Berita Guru Agen Perdamaian
Berita - 27/05/2016

Guru Agen Perdamaian

Training of Trainer “Belajar Bersama Menjadi Guru Damai”, Bukittinggi Jumat dan Sabtu, 15-16 April 2016.

Dua puluh orang guru dari lima sekolah di Bukittinggi, Sumatera Barat, mengikuti kegiatan Training of Trainer (ToT) “Belajar Bersama Menjadi Guru Damai”, pada Jumat-Sabtu, 15-16 April 2016. Dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh Aliansi Indonesia Damai (AIDA) di Hotel Royal Denai Bukittinggi itu, lima sekolah mengirimkan delegasinya, yaitu SMAN 1, SMAN 2, SMAN 3, SMAN 4, dan SMAN 5.

Sejumlah peserta menyampaikan apresiasinya kepada AIDA karena mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang tantangan-tantangan perdamaian, termasuk isu radikalisme-ekstremisme. Seorang guru dari SMAN 5 Bukittinggi mengungkapkan, sebelumnya ia kerap berprasangka negatif terhadap orang-orang yang berpenampilan berbeda dari kebanyakan orang Indonesia, seperti berjenggot panjang dan bercelana congklang.

“Dulu saya salah paham. Ternyata penampilan orang tak bisa dijustifikasi, yang salah itu ajarannya,” ujarnya.

Ia mengajak rekan-rekannya sesama guru agar menjadi pengayom yang peduli atas permasalahan anak-anak didiknya. Menurut dia, guru harus menjadi mitra diskusi yang menyenangkan sehingga peserta didik mau berkonsultasi secara terbuka terkait permasalahan apa pun, termasuk kegiatan-kegiatan yang diikutinya. Dalam kegiatan tersebut, para guru belajar strategi agar pesan perdamaian dan nilai-nilai kebaikan sukses tersampaikan kepada siswa.

Sementara itu, peserta ToT dari SMAN 2 Bukittinggi menyatakan, dari materi-materi yang didapatkannya dalam kegiatan tersebut, ia memahami tantangan radikalisme dan faktor-faktor penyebab keterlibatan seseorang dalam kelompok radikal-ekstrem.

“Sebagai guru, kita harus bisa lebih mendekatkan diri kepada anak-anak didik, sehingga bisa berdialog, menggali informasi, dan membantu mereka terlepas dari ajaran tersebut,” katanya.

Menurut dia, sebagai sosok yang digugu dan ditiru oleh anak didik, guru harus menjadi teladan perdamaian, baik dalam materi pelajaran, maupun perilaku sehari-hari, baik dalam lingkungan sekolah, kehidupan keluarga maupun sosialnya. “Kita hidup di Indonesia harus menyebarkan perdamaian di mana pun berada. Apa pun yang kita cita-citakan akan tercapai kalau di sekitar kita ada ketenteraman dan kedamaian,” ujarnya.

Dalam kegiatan tersebut, para peserta mendapatkan pelbagai materi, antara lain Radikalisme di Kalangan Siswa SMA yang disampaikan oleh peneliti senior, Farha Ciciek dan Mengenali Gerakan Ekstremisme oleh pakar terorisme dari Universitas Indonesia, Solahudin. [MSY]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *