Home Berita AIDA Ajak Tokoh Agama Dakwahkan Perdamaian
Berita - 08/08/2016

AIDA Ajak Tokoh Agama Dakwahkan Perdamaian

Korban bom terorisme sedang berbagi kisahnya dalam Pelatihan Penguatan Perspektif Korban Terorisme di Kalangan Tokoh Agama di Medan, Sabtu (6/8/2016).

Sebanyak 25 orang dari beberapa ormas Islam di wilayah Kota Medan dan sekitarnya mengikuti Pelatihan Penguatan Perspektif Korban Terorisme di Kalangan Tokoh Agama pada Sabtu s.d. Minggu (6-7/8/2016). Dalam kegiatan tersebut, Aliansi Indonesia Damai (AIDA) selaku penyelenggara mengajak para tokoh agama bersilaturahmi dengan para korban serta mendakwahkan nilai perdamaian sekaligus menangkal ajaran prokekerasan.

Direktur AIDA, Hasibullah Satrawi, di hadapan para peserta mengatakan pihaknya  mendorong para korban terorisme agar bisa mengambil peran dalam menyadarkan masyarakat tentang bahaya kekerasan. Dalam setiap kegiatan, AIDA selalu melibatkan korban terorisme untuk mengampanyekan perdamaian kepada masyarakat, termasuk tokoh agama. “Korban adalah orang yang paling tahu dan merasakan bagaimana sadisme, bahaya dan dampak aksi terorisme,” ujarnya ketika memberikan sambutan.

Ia berpandangan, masyarakat bisa mengambil pembelajaran tentang pentingnya perdamaian melalui kisah korban terorisme. Dalam berdakwah kepada masyarakat, kata Hasibullah, tokoh agama dapat menyampaikan pembelajaran dari korban lalu diperkuat dengan dalil-dalil keagamaan.

“Kita ingin mendorong para tokoh agama untuk menyampaikan perspektif korban terorisme dalam aktivitas keagamaan, dan mendorong mereka untuk menyadarkan masyarakat tentang bahaya penggunaan aksi kekerasan, sekaligus menjelaskan dampak destruktif aksi teror terhadap korban dan keluarganya yang notabene umat beragama,” ucap dia.

Pelatihan selama dua hari itu menghadirkan empat korban terorisme, yaitu Hayati Eka Laksmi, Warti (korban Bom Bali 2002), Nanda Olivia Daniel dan Albert Christiono (korban bom Kedutaan Besar Australia Kuningan Jakarta 2004).

Dalam kesempatan itu, Hayati Eka Laksmi mengatakan dirinya dan rekan-rekannya sesama korban teror ingin mengingatkan masyarakat akan dampak kekerasan terorisme yang dialaminya, dan berharap tidak ada lagi korban.

“Cukuplah kami yang merasakannya. Kami ingin menyadarkan masyarakat dengan keadaan kami. Kami sudah ikhlas menerima kenyataan ini,” kata Eka.

Di samping korban terorisme, pelatihan itu juga menghadirkan narasumber dari unsur mantan pelaku aksi kekerasan, yakni Iswanto. Pemuda yang dahulu bergelut di dunia konflik dan kekerasan itu telah berekonsiliasi dengan para korban dan kini satu barisan menyuarakan perdamaian.

Sejumlah narasumber pakar juga dihadirkan dalam kegiatan itu. Di antaranya adalah Rois Syuriah PBNU, KH. Masdar Farid Mas’udi, dan pengamat jaringan ekstremisme, Sofyan Tsauri.

Para peserta mengaku mendapatkan sudut pandang baru tentang dakwah dan perdamaian setelah mengikuti pelatihan. Mereka mengapresiasi para korban yang mampu mengambil peran menyuarakan perdamaian di masyarakat. Sebagian peserta juga mengusulkan agar AIDA membentuk cabang di Medan sehingga kampanye perdamaian di Indonesia semakin efektif. [AS]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *