Home Berita Kondisi Korban Bom Membaik
Berita - 18/11/2016

Kondisi Korban Bom Membaik

KONDISI tiga balita yang menjadi korban bom molotov di depan Gereja Oikumene, Samarinda, Kalimantan Timur, membaik.

Mereka ialah Anita Kristabel Sihotang, 2, Alvaro Aurelius Tristan Sinaga, 4, dan Triniti Hutahaean, 4.

“Alvaro menjalani operasi pembersihan luka pada Selasa (15/11) malam dan Anita dioperasi tadi pagi (kemarin),” tutur Kepala Hubungan Masyarakat RSUD AW Syahranie Samarinda M Febian Satrio di Samarinda, kemarin.

Kondisi kedua balita yang mengalami luka bakar 15% tersebut, jelas Febian, terus membaik tetapi tetap dalam penanganan tim medis dari RSUD AW Syahranie.

Triniti yang menderita luka bakar hingga 50%, jelas dia, masih dalam kondisi kritis.

“Kondisinya masih kategori kritis walaupun secara perlahan membaik. Kami berharap Triniti bisa terus membaik sehingga ia bisa pulih,” jelas Febian.

Direktur RS AW Sjahranie Rachim Dinata mengatakan kondisi Triniti sudah membaik bila melihat luka bakar mencapai 50% di tubuhnya.

Hal itu antara lain terlihat dari perbaikan kondisi pernapasan Triniti.

“Itu dibuktikan dengan dia sudah bisa menangis. Sebelumnya, dia kesulitan untuk mengeluarkan suara ketika menangis,” kata Rachim.

Mereka bertiga dan Intan Olivia Marbun, 2, ialah korban ledakan bom molotov di halaman Gereja Oikumene, Samarinda, Minggu (13/11).

Pada Senin (14/11), Intan Olivia meninggal dunia setelah dirawat akibat luka bakar yang mencapai 75%.

Sementara itu, Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror memeriksa sebuah masjid yang menjadi tempat tinggal pelempar bom molotov Juhandi alias Joh, 32.

“Masih terus diselidiki. Pemeriksaan terhadap saksi. Pencarian barang bukti di tempat tinggal pelaku,” kata Kabid Humas Polda Kaltim Kombes Fajar Setiawan.

Secara terpisah, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nasir menyesalkan aksi pelemparan bom molotov itu.

Menurut dia, pelaku pelemparan bom memiliki motif untuk memunculkan kecurigaan antarumat beragama.

Karena itu, dia meminta seluruh anak bangsa untuk menumbuhkan rasa saling percaya yang sedang luruh karena kepentingan politik, ekonomi, dan budaya.

“Mari kita mobilisasi budaya untuk saling percaya,” kata dia. (SY/AT/LD/Ant/N-1) [SWD]

Artikel ini pernah dimuat di harian Media Indonesia, edisi Kamis 17 November 2016.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *